Rabu, 18 Desember 2013

REFLEKSI TEROR BOM BALI I


PELAKU UTAMA TEROR BOM BALI I

 KRONOLOGIS KASUS

1.   Pada 12 Oktober 2002, sekitar pukul 22.30, Imron mengemudikan mobil L-300 dari rumah singgah hingga Jalan Legian. Di dalam bom mobil itu ada Pengantin, Arnasan dan Feri.
2.   Beberapa ratus meter sebelum tiba di depan Sari Club, Arnasan mengambil alih kemudi dan Imron kemudian membonceng Idris yang mengendarai kendaraan sepeda motor.
3.  Ketika tiba di depan Sari Club, Feri keluar dari mobil dan berjalan kaki menuju Paddy’s Club langsung masuk ke dalam bar. Pukul 23.08 dia meledakkan diri.
4.  Saat kepanikan terjadi, termasuk pengunjung Sari Club berhambur keluar, 31 detik setelah bom Paddy’s Club meledak, Arnasan meledakkan bom mobil.
5.  Idris dan Imron yang melarikan diri menggunakan sepeda motor, meledakkan bom di depan Konsulat Amerika Serikat di Denpasar menggunakan ponsel, tepat 30 detik setelah bom mobil meledak.

ORGANISASI DAN TUGAS

1.   Koordinator
a. Mukhlas alias Ali Ghufron : dieksekusi mati 8 November 2008.
b. Imam Samudra : dieksekusi mati 8 November 2008.

2.  Perakit bom
a. Dr. Azhari bin Husin : terbunuh saat penangkapan di Malang pada 2005.
b. Dulmatin : terbunuh saat penyergapan di Solo pada 2010.
c. Umar patek : ditangkap di Pakistan dan dipenjara 20 tahun.
d. Sarjio alias Sawad : dipenjara di Lapas Kedungpane, Semarang.
e. Abdul Ghoni : dipenjara di Lapas Kedungpane, Semarang.

3.   Logistik
a.    Idris : bebas dari penjara pada 2009 dan tinggal di Sumatra.
b.    Amrozi bin Nurhasyim : dieksekusi mati pada 8 November 2008.
c.  Ali Imron : setelah ditangkap pada 2003 dan dipenjara, membantu polisi memecahkan kasus teroris.

4.   Personel Pendukung
a. Mubarok : setelah ditangkap dan dipenjara membantu polisi memecahkan kasus teroris.
b. Maskur Abdul Kadir : Tinggal di Surabaya setelah bebas dari penjara.

5.   Pengantin
a. Arnasan alias Iqbal : pengebom di Sari Club.
b. Feri alias Isa : pengebom di Paddy's Club.

6.   Pengumpul Dana.
- Abdul Rauf, Andri Oktavia, Andi Hidayat dan Junaidi : menyokong dana sekitar Rp. 35.000.000,- dari hasil perampokan. Dibebaskan setelah menjalani hukuman.

KORBAN 

Korban bom Bali I mencapai 202 orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka. Merupakan aksi teroris terbesar dalam sejarah teror di Indonesia hingga saat ini. Korban sebagian besar adalah warga asing, yaitu :
1. Australia: 88 orang
2. Indonesia : 38 orang.
3. Inggris : 23 orang.
4. Jerman : 6 orang.
5. Swedia : 5 orang.
6. Belanda : 4 orang.
7. Prancis : 4 orang.
8. Swiss : 3 orang.
9. Denmark : 3 orang.
10. Selandia Baru : 3 orang.
11. Jepang : 2 orang.
12. Brasil : 2 orang.
13. Afrika Selatan : 2 orang.
14. Korea : 2 orang.
15. Kanada : 2orang.
16. Portugal : 1 orang.
17. Ekuador : 1 orang.
18. Italia : 1 orang.
19. Yunani : 1 orang.
20. Taiwan : 1 orang.
21. Polandia : 1 orang.
22. Tidak teridentifikasi : 2 orang.

ANALISIS

Aksi terorisme Bom Bali I merupakan aksi terbesar dalam sejarah terorisme di Indonesia. Dilakukan oleh kelompok Ali Ghufron alias Mukhas yang merupakan sempalan dari kelompok Jamaah Islamiyah pimpinan Abu Bakar Ba’asyir. Aksi merupakan kelanjutan dari Bom malam Natal yang di lakukan oleh kelompok Hambali pada 2000. Bom malam Natal merupakan aksi peledakan  50 bom di 8 kota dalam waktu hampir bersamaan. Tetapi dari 50 bom yang dipasang tersebut hanya 25 bom yang berhasil meledak dan mengakibatkan 17 orang tewas dan 120 orang terluka. Ali Ghufron mendapatkan penyerahan komando operasi dari Hambali ketika melarikan diri di Thailand karena Hambali sudah merasa terdesak. Selanjutnya Ali Ghufron pada 2002 berhasil masuk di Indonesia, melakukan reorganisasi dan pertemuan-pertemuan yang di lakukan di Solo, Jawa Tengah.

Aksi bom Bali I terorganisir dengan baik menunjukkan kemampuan kelompok ini yang matang. Jaringan Bom Bali I sangat kompleks dan rumit dengan melibatkan 9 jaringan kelompok lain ; Kelompok Serang (13 orang), kelompok Abdul Rauf (4 orang), kelompok Sukoharjo (2 orang). Tiga kelompok ini  terlibat dalam persiapan, menyembunyikan pelaku, pendanaan dan survey. Kelompok Lamongan (11 orang) dan kelompok Bali (4 orang) merupakan kelompok yang terlibat langsung dalam peledakan. Sedangkan kelompok Solo (9 orang) menangani pasa-ledakan dan mencarikan persembunyian. Sebagai tambahan ada pula kelompok Riau dan Manado yang terlibat secara tidak langsung dalam persiapan.

Perencanaan dilakukan dengan baik, dan kemampuan perorangan mencukupi karena sebagian besar dari anggota kelompok ini merupakan alumni Afganistan yang berpengalaman menjalani pelatihan paramiliter dan perang melawan Soviet. Aksi didukung dengan dana yang memadai berasal dari hasil perampokan (fa’i) toko emas oleh kelompok Imam Samudra di banten pada 2001. Selain itu dana diperoleh dari bantuan kelompok Al Qaeda pimpinan Osama bin Ladin melalui Hambali yang masuk dalam jaringan Al Qaeda.

Motif Bom Bali I merupakan bentuk serangan balasan terhadap Amerika cs. yang melakukan kejahatan anti-kemanusiaan di negara-negara Islam di Timur Tengah. Teror ini ditujukan pada warga-warga sipil negara asing yang berada di pusat wisata Bali sebagai aksi setimpal terhadap Amerika cs. yang telah membunuh dan menyiksa para ikhwan di Timur Tengah khususnya Palestina. Aksi teror akan terus dilakukan sebagai bentuk jihad mempertahankan diri dan harga diri sebagai umat Muslim sampai Amerika dan antek-anteknya bertaubat dan menghentikan aksi anti-kemanusiaannya. Bagi mereka Amerika cs. adalah teroris sesungguhnya.

Terorisme bom Bali I ini merupakan pengalaman berharga terhadap pemerintah Indonesia yang kemudian menjadi sejarah dalam proses penanggulangannya. Bom Bali I menjadi peristiwa yang menjadikan kerjasama pengungkapan kasus terorisme yang melibatkan kerjasama paling banyak anti-terorisme negara asing. Peristiwa ini juga mendorong pemerintah Megawati pada waktu itu dengan segera memberlakukan Perpu No. 1 dan 2 tahun 2002 dan kemudian dijadikan Undang-Undang RI No. 15 tahun 2003 tentang penanggulangan tindak pidana terorisme yang merupakan tonggak hukum dalam penanggulangan terorisme di Indonesia.

Kemampuan personel kelompok Ali Ghufron ini berbeda dengan kelompok-kelompok baru yang muncul kemudian sebagai regenerasi. Kelompok Noordin M. Top masih bisa melakukan pengkaderan dengan baik karena masih dipimpin oleh generasi lama dan anggotanya masih banyak yang berkesempatan mendapatkan pelatihan yang layak di medan-medan konflik Poso, Ambon, Maluku Utara dan Moro di Filipina. Tetapi, setelah kelompok lama berhasil dibongkar dan digulung oleh Densus 88, generasi kelompok-kelompok baru kesulitan dalam pendanaan dan pelatihan yang memadai. Kelompok baru terpecah dalam kelompok-kelompok kecil dan kemampuan tempur yang kurang. Dapat dikatakan kelompok baru memiliki kemampuan yang amatiran, meskipun saat ini tehnik yang digunakan lebih berkembang. Tehnik terbaru kelompok teroris di Indonesia sudah mengembangkan tehnik pembuatan bom rakitan, penggunaan racun dan hacker (cybercrime) untuk mendapatkan dana aksi terorisme. Meskipun begitu penguasaan tehnik ini belum matang karena belajar secara otodidak dan pengejaran oleh aparat yang terus-menerus memojokkan posisinya.

( Fajar Purwawidada, MH., M.Sc. )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar