Jumat, 08 Agustus 2014

ISIS: ISLAM RADIKAL ANCAMAN TERHADAP INDONESIA

ISIS: Islamic State in Iraq and Syria (Indonesia)



ISIS: Islamic State in Iraq and the Levant (ISIL) atau Islamic State in Iraq and Syria atau Islamic State in Iraq and al-Shām (ISIS) merupakan kelompok militan jihad di Irak dan Suriah. ISIS adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan untuk membentuk Daulah Islamiyah atau negara Islam dalam pimpinan satu Khalifah. Saat ini ISIS dipimpin Abu Bakar Al Baghdadi.

Terbentuk dari proses chaos politik di Iraq dan Syiria. Dimana situasi kestabilan keamanan dan politik sudah tidak mampu dikontrol lagi oleh negara, maka actor non-negara akan muncul untuk mengambil alih keadaan. Pada gerakan demokrasi sampai di Suriah yang sebelumnya telah meruntuhkan negara-negara kuat Timur Tengah: Tunisia dan Mesir, memunculkan kelompok-kelompok yang pro-demokrasi dan kelompok-kelompok militan yang mengusung sektarian. ISIS muncul sebagai kelompok militan perjuangan kelompok minoritas sunni tersebut yang berhasil mengkonsolidasikan kelompok-kelompok militan lainnya untuk berusaha menggulingkan diktator Bashar Al Assad yang berasal dari kalangan Syiah. Upaya ini gagal karena ternyata Al Assad didukung oleh paramiliter Hezbollah.

Kegagalan menggulingkan Al Assad, mengalihkan tujuan ISIS untuk menguasai wilayah Suriah bagian Timur dan Irak bagian Barat yang tak bisa dikuasai efektif oleh Pemerintah Damaskus dan Baghdad. Keberhasilan menguasai wilayah itu mengakibatkan ISIS memiliki kekuasaan luar biasa di kawasan Timur Tengah. Pada tanggal 29 Juni 2014 mereka menghapus nama Irak dan Levant dan kemudian mendirikan negara Negara Islam, menyatakan wilayah di Irak dan Suriah sebagai kekhalifahan baru. ISIS mendeklarasikan entitas politik baru yang mereka sebut sebagai khilafah. Menggunakan sentimen sektarianisme Sunni versus Syiah dan khilafah sebagai entitas politik pemersatu umat Islam sedunia. Dengan mengangkat tokoh sentral ISIS Abu Bakar al-Baghdadi, yang merupakan mantan anggota intelijen Iraq masa pemerintahan Saddam sebagai Khalifah yang pertama.

ISIS memiliki aliansi atau merupakan sempalan dari Al-Qaeda. Meskipun kemudian tidak sejalan lagi, aksi-aksi yang dilakukan berkiblat pada Al-Qaeda dan berideologi pada Islam Wahabbi. Perebutan kekuasaan yang dilakukan melalui kekerasan dan aksi teror yang brutal seperti: pembunuhan masal, bom bunuh diri, menjarah bank, toko emas dan menguasai ladang minyak. Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim Syiah dan Kristen. Pemberontak di Irak dan Suriah ini telah menewaskan ribuan orang. PBB menyebutkan lebih dari 2.400 warga Irak yang mayoritas warga sipil tewas sepanjang Juni 2014. Jumlah korban tewas ini merupakan yang terburuk dari aksi kekerasan di Irak dalam beberapa tahun terakhir. ISIS telah menyebabkan lebih dari 30.000 warga kota kecil di Timur Suriah harus mengungsi. Memegang paham keagamaan ultra-puritan, ISIS menghancurkan banyak masjid di wilayah yang mereka duduki, dengan alasan masjid-masjid itu jadi tempat pemujaan yang dianggap musyrik bertentangan dengan akidah tauhid. Dengan paham keagamaan ultra-puritan, ISIS berniat menghancurkan Kabah di Mekkah yang menurut mereka telah menjadi pusat pemujaan kemusyrikan.

Ambisi kekuasaan ISIS adalah menegakkan kembali Khilafah Islamiyah atau daulah Islamiyah di seluruh dunia setelah khilafah terakhir di Turki runtuh pada 1924. ISIS menyerukan pada umat Muslim di seluruh dunia untuk tunduk dan mendukung gerakan mereka. Berupaya terus memperluas kekuasaan dan jaringannya baik di Timur Tengah, Eropa dan Asia. Indonesia merupakan salah satu dari 50 negara di dunia yang menjadi sasaran gerakan ISIS. Ada sekitar 7.000 militansi ISIS yang terus bergerilya di seluruh dunia. 

Seruan ISIS itu memiliki potensi mendapat sambutan dari kalangan Muslim awam yang tak paham geopolitik Dunia Arab, khususnya Irak dan Suriah. Atau orang-orang Muslim yang memegang idealisme tentang kesatuan umat Islam sedunia di bawah satu entitas politik tunggal khilafah tanpa memahami konsep khilafah itu sendiri beserta implikasi dan konsekuensinya. Meski ada potensi ISIS bisa merekrut segelintir Muslim dari berbagai penjuru dunia, pada saat yang sama ISIS mengandung lebih banyak potensi mendapat perlawanan dari mayoritas terbesar umat Islam. Hal ini terkait terutama dengan paham keagamaannya yang bersifat ultra-puritan yang bahkan jauh lebih ekstrem daripada paham Wahabiyah.

Sampai saat ini memang masih ada kalangan umat Islam di berbagai penjuru dunia yang mengimpikan khilafah. Bagi mereka, khilafah adalah satu-satunya institusi atau entitas politik yang bisa mempersatukan umat Islam seluruh dunia. Menurut mereka, hanya dengan khilafah, umat Islam sedunia dapat mengatasi masalah semacam keterbelakangan, kemiskinan, pengangguran, dan berbagai bentuk kenestapaan lain. Karena itulah, dari waktu ke waktu selalu ada kelompok di kalangan umat Islam yang mengorientasikan cita gerakan mereka untuk pembentukan khilafah.  Di antara mereka ada yang bergerak secara damai atau kekerasan seperti ISIS.

Propaganda ISIS melalui media, khususnya elektronik dan jejaring sosial telah berhasil mendapatkan simpati dan menggaet umat Muslim di dunia. Keberhasilan ini karena ISIS menggunakan simbol-simbol Islam dan menggunakan tujuan khilafah yang seolah mengasumsikan dirinya sebagai Islam dan pasukan Allah. Padahal ISIS tidak mewakili apapun dari Islam sebagai agama, karena sesungguhnya gerakannya adalah bentuk politik kekuasaan. Bahkan sebaliknya aksi-aksi kekerasan, teror dan kebrutalan yang dilakukannya sungguh tidak mencerminkan dari ajaran Islam yang merupakan agama cinta damai. Namun bagi sebagian Muslim yang memiliki semangat ke-Islaman / jihad yang tinggi, namun tidak cukup memiliki wawasan dan ilmu yang cukup akan mudah terpengaruh dan terperangkap dalam propaganda yang dilakukan. Atau bagi kelompok-kelompok yang memiliki tujuan yang sama dengan ISIS untuk mendirikan negara Islam dapan memanfaatkan momen ini untuk mendorong perjuangkannya memperjuangkan daulah Islamiyah di negaranya.

Di Indonesia yang merupakan penduduknya mayoritas Islam, propaganda ISIS untuk mendukung dan bergabung dalam perjuangannya menegakkan khilafah Islamiyah cepat direspon oleh kelompok-kelompok Islam yang memiliki karakter, ideology dan tujuan sama. Bahwa di Indonesia paham-paham radikal semacam ini: ISIS, Ikhwanul Muslim, Taliban mudah masuk karena secara historis Indonesia pernah mengalami pergolakan dan konflik radikalisme Islam dengan adanya pertentangan bentuk negara NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan NII (Negara Islam Indonesia) yang berdasarkan Islam. Pertentangan mengenai Piagam Jakarta terlah melahirkan militansi Islam di Indonesia dengan adanya pergerakan pemberontakan Darul Islam (DI/TII) Kartosuwirdjo yang berupaya terus memperjuangkan berdirinya Negara Islam di Indonesia. Berkembangnya ideology Islam radikal wahabbi, salafy ataupun puritan serta pengaruh jaringan Ihmawanul Muslim dan Al-Qaeda di Indonesia terhadap kelompok masa Darul Islam-Komando Jihad hingga mutasi kelompok Islam radikal dan teroris membuat faham ISIS mudah mendapatkan tempat untuk bersemai. 

Jaringan yang sudah ada semisal kelompok teroris Jamaah Islamiyah dengan Ihwanul Muslim dan pengiriman anggota Darul Islam-kelompok usroh untuk pelatihan paramiliter di Afganistan 1985 hingga tahun 1990-an dan hubungan kelompok teroris Hambali dan Noordin M. Top dengan Al-Qaeda membuktikan mudahnya Indonesia menerima faham-faham fundamentalis transnasional itu. Oleh karena tidak heran bila ajakan bergabung ISIS langsung disambut para kelompok radikal itu untuk merekronstruksi ideology dan perjuangan kelompoknya itu. Melihat ISIS yang mampu berkuasa dan sukses gerakannya di Iraq dan Suriah dapat dijadikan bangkitnya semangat baru, haluan dan kendaraan untuk mendapatkan dukungan perjuangan yang sama mendirikan daulah Islamiyah di Indonesia. Mengingat bahwa kelompok-kelompok radikal-teroris beberapa tahun ini telah terpaksa tiarap dan kehilangan orientasi akibat banyaknya tokoh-tokoh utama mereka berhasil ditangkap atau ditembak mati Densus 88; Abu Bakar Ba’asyir, Noordin M. Top, Dr. Hambali, Abu Tholut, Sigit Qardawi dll. Buktinya adalah sudah ada 56 WNI yang berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, tiga diantaranya tewas dan maraknya dukungan terhadap ISIS di berbagai wilayah di Indonesia; Bengkulu, Banjarmasin, Jakarta, Solo, Malang, Maluku, Poso, Bima dll. Bahwa nyatanya ISIS cepat direspon di daerah-daerah konflik atau daerah basis kelompok Islam radikal. 

Dipastikan simpatisan ISIS di Indonesia adalah dari anggota kelompok radikal dan teroris itu, yaitu semisal jaringan kelompok Santoso-Mujahidin Indonesia Timur di Poso dan juga jaringan Islam radikal seperti JAT cs. di Solo ataupun jaringannya. Buktinya bahwa anggota ISIS yang melakukan propaganda di Youtobe adalah Abu Muhammad Al Indonesiy tersebut alias Bahrumsyah. Pria itu masih terkait dengan kelompok terorisme pimpinan Santoso alias Abu Wardah. Bahrumsyah pernah menempuh kuliah di UIN Ciputat tahun 2004. Namun, ia tidak menyelesaikan kuliahnya karena lebih tertarik bergabung dengan kelompok-kelompok militan Muslim. Awalnya Bahrumsyah bergabung dengan kelompok Abu Jibril di Ciputat. Karena tidak sepaham, Bahrumsyah keluar dan berguru ke Ustaz Amman Abdurahman yang terlibat bom Cimanggis 2004 dan Jantho. Amman kini berada di Lapas Nusakambangan. Kemudian Bahrumsyah bergabung dengan Muh Fachri. Bahrumsyah dan Muh Fachri kemudian bergabung dalam kelompok Forum Aktivis Syariat Islam (Faksi). Faksi inilah yang kemudian menjadi pendorong untuk perkembangan ISIS di Indonesia yang melakukan deklarasi mendukung ISIS di berbagai daerah: Jakarta, Banjarmasin, Ciputat, Bekasi, Solo, Malang, Poso, Bima, Lombok;

Pada 3 Agustus2014 ada 50 warga Bekasi telah berikrar untuk mendukung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka tergabung dalam kelompok bernama Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) yang dipimpin oleh Syamsudin Uba. Pendukung ISIS berikrar di Masjid Muhajirin, Pekayon Jaya, Bekasi Selatan. Jemaah tersebut menamakan kelompok mereka dengan nama Khilafah Ibrahim.

Keberadaan ISIS di Bima pertama kali diketahui berdasarkan informasi intelijen yang menyebut ada pergerakan ISIS yang berlangsung di wilayah Bima. Ini berdasarkan bukti dokumentasi kegiatan ceramah yang berlangsung di sebuah tempat di wilayah ini.

Ada kegiatan baiat mendukung gerakan ISIS digelar di Kampus II Gedung Syahida Inn UIN Syarief  Hidayatullah selain itu juga ada demonstrasi mendukung ISIS di Bunderan HI Jakpus.
Di Kabupaten Malang yang dilaporkan sempat ada pertemuan petinggi ISIS, selain itu juga ada rencana pembaiatan di sebuah masjid di Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo, serta di Kabupaten Lamongan adanya satu keluarga yang berjumlah tujuh orang bergabung dengan gerakan ISIS.

Di Solo Raya simpatisan ISIS dapat dilihat dengan maraknya pemasangan gambar dinding, poster dan bendera ISIS yang dipasang di beberapa tempat khususnya di sekitar daerah Grogol yang merupakan basis dari kelompok-kelompok Islam Radikal Solo. Pemasangan simbol-simbol dan dukungan gerakan ISIS di Solo sebenarnya sudah nampak jauh beberapa bulan sebelum hebohnya tanyangan propaganda ISIS di Youtobe. Menunjukkan terlambatnya respon aparat pemerintah dan masyarakat atau mungkin memang belum menyadari dengan adanya gerakan kelompok ISIS tersebut.

Tidak hanya di youtobe baru-baru ini, propaganda ISIS dan Khilafah Islamiyah sebenarnya sudah lama aktif di jejaring sosial dan situs internet. Misalnya situs Pembela Tauhid dan Risalah Tauhid News yang di yakini milik Kelompok JAT, yang aktif mengunggah berita, foto, tindakan dan cara-cara kekerasan; cara membuat bom, ightiyalat (cara membunuh secara diam-diam), serangan terhadap polisi, termasuk memberitakan propaganda ISIS dan pembantaian umat Muslim. Tentu ini  merupakan propaganda terorisme. Tapi nampaknya tidak ada kontra ataupun pemblokiran terhadap pemberitaan seperti itu oleh aparat pemerintah. Situs-situs Islam radikal dibiarkan lepas begitu saja tanpa kontrol. Sangat berbahaya karena dapat langsung diakses oleh masyarakat dimanapun berada dan juga dijadikan sebagai sarana rekrutmen-doktrinasi anggota baru. Tidak cukup di internet, secara fisik Koran dinding Risalah Tauhid News juga terpajang di masjid-masjid disekitar kawasan Grogol, Solo.

Bahkan di Lapaspun setidaknya 24 narapidana kasus terorisme yang telah menyatakan dukungan terhadap ISIS. Tokoh JI dan JAT Abu Bakar Ba'asyir telah melakukan baiat terhadap 23 terpidana kasus terorisme penghuni Lapas Pasir Putih, Nusakambangan, untuk mengikuti paham ISIS. Mereka yang sudah terang-terangan membaiat diri mendukung pemimpin ISIS Abu Bakar al Baghdadi diantaranya: Abu Bakar Baasyir, Aman Abdurrahman (Jamaah Ansharut Tauhid-JAT), dan Santoso alias Abu Wardah (pemimpin kelompok teroris di di Poso, Sulawesi Tengah). Selain itu ada belasan mantan narapidana dan ratusan anggota kelompok radikal yang menyatakan bergabung dengan ISIS.

Melihat begitu masifnya pengembangan jaringan simpatisan ISIS di Indonesia perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Mengingat ideology ISIS merupakan faham yang ultra-puritan, dalam arti menghendaki ajaran Islam yang semurni-murninya dan tidak menerima adanya perbedaan tafsir agama dengan kelompoknya serta mudahnya mengkafirkan kelompok yang lain. Faham semacam ini dapat mengancam eksistensi NKRI mengingat bahwa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dan menghagai keragaman sebagai bentuk pluralisme. Faham ini juga menganggap Indenesia sebagai negara kafir atau pemerintahan yang thogut karena bukan berdasarkan ideology Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis, tetapi berdasar pada hukum buatan manusia yaitu Pancasila dan UUD 1945. Sehingga keberadaan faham ISIS di Indonesia akan mengancam Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI yang sudah dianggap final.

Melihat pengalaman 1985 saat anggota kelompok Darul Islam berangkat ke Afganistan untuk mendapatkan pelatihan dan ikut bergabung bersama mujahidin untuk melawan Soviet kemudian setelah kembali ke tanah air, sebagian mereka menjadi tokoh-tokoh kelompok radikal / terorisme Jamaah Islamiyah dan Darul Islam yang terus mengobarkan teror di Indonesia. Dikhawatirkan WNI yang saat ini berangkat berjihad dan bergabung ISIS di Suriah setelah kembali ke Indonesia akan serupa menjadi tokoh dan lebih mengobarkan radikalisme Islam ataupun terorisme yang mengancam keamanan nasional. Oleh karena menyangkut keamanan nasional tidak dapat hanya menjadi tanggung jawab Polisi atau Militer saja, tetapi semua elemen masyarakat juga harus bersinergi untuk dapat mencegah berkembangnya jaringan ISIS ini di Indonesia. 

REKOMENDASI

Dari permasalah ISIS di atas, maka untuk menanggulangi berkembangnya ideology dan gerakan ISIS di Indonesia maka dapat diberikan rekomendasi sebagai berikut :

1. Sebagi preventive dilakukan deradikalisasi terhadap kelompok-kelompok Islam radikal dan tahanan terorisme untuk dapat memahami ajaran Islam secara damai dan toleransi. Selain itu perlu program disengagement yaitu pemutusan hubungan para mantan narapidana terorisme agar tidak kembali lagi ke jaringannya, yaitu melalui pengawasan dan penyaluran pekerjaan yang layak.

2. Penegakan hukum yang tegas terhadap para provokator atau penyebar faham ISIS ataupun simpatisan yang mendukung gerakan ISIS, termasuk WNI yang bergabung dengan ISIS di Suriah apabila kembali ke tanah air.

3. Pembatasan dan memperketat terhadap WNI yang akan bepergian ke daerah-daerah konflik di luar negeri seperti; Iraq dan Suriah.

4. Melalui pendidikan agama yang mengajarkan Islam yang damai dan toleransi.

5. Peran serta tokoh Ulama untuk dapat memberikan pemahaman tentang bahayanya ISIS dan faham-faham fundamentalis / ultra-puritan yang dapat mengakibatkan kekerasan dan konflik di masyarakat.

6. Meningkatkan kesejahteraan, menekan kemiskinan dan pengangguran serta menegakkan keadilan di masyarakat.

7. Melakukan revitalisasi Pancasila sebagai ideology bangsa dan terus menanamkan nasionalisme patriotisme terhadap masyarakat.

8. Adanya kontrol terhadap media jejaring sosial dan lainnya terhadap upaya doktrinasi, propaganda, agitasi dan provokasi oleh pihak yang ingin menebarkan faham-faham fundamentalis / kekerassan di masyarakat.

(Fajar Purwawidada, MH., M.Sc.)