Rabu, 04 Desember 2013

POLISI TARGET TERORIS



 

KASUS


Pada Sabtu, 27 Juli 2013 pukul 04.30 WIB, Aipda Patah Saktiyono (53), anggota Satlantas Polres Metro Jakarta Pusat di tembak di Jalan Cirendeu Raya, Ciputat, Tangerang Selatan. Tembakan mengenai dada kiri, tetapi nyawa Patah masih bisa diselamatkan.


Pada Rabu, 7 Agustus 2013 pukul 05.00, Aiptu Dwiyatna (50), anggota Satbimas Polsek Metro Cilandak tewas ditembak di Jalan Otista Raya, Ciputat, Tangerang Selatan. Dwiyatna tertembak di kepalanya saat dalam perjalanan masuk tugas.


Pada Jumat, 16 Agustus 2013 pukul 21.50 Aiptu Kus Hendratna ditembak di bagian kepala saat akan apel malam di Mapolsek Pondok Aren. Serangkaian penembakan ini, pelaku juga membunuh Bripka Ahmad Maulana, anggota Reskrim Polsek Pondok Aren yang berusaha melumpuhkan pelaku.


PENGUNGKAPAN KASUS


Penembakan tersebut dilakukan oleh Nurul Haq alias Jack (28) dan Hendra Albar (30). Nurul Haq kelahiran Jakarta  16 September 1985. Dia tamatan akademi telah menikah dan memiliki seorang anak.   Sedangkan Hendra Albar lahir di Kendal, Jawa Tengah 7 Juli 1983. Hendra sudah menikah dan memiliki tiga anak. Pendidikan terakhir SLTA. Keduanya saat ini masih buron.


Pada tiga kali aksi penembakan anggota polisi, Nurul Haq diketahui selalu berperan sebagai joki atau pilot atau pengemudi sepeda motor, dan Hendi Albar sebagai eksekutornya. Keduanya memiliki latar belakang kelompok teroris yang pernah ikut latihan di Gunung Sawal, Jawa Barat. Kedua pelaku ahli dalam merakit senjata api dan bom pipa. Dalam ketiga aksinya menembak empat polisi, tiga diantaranya meninggal,  selalu menggunakan sepeda motor atau senjata yang sama. Senjata yang digunakan merupakan senjata modivikasi pabrikan dengan rakitan caliber 9 mm. Di keempat kasus tersebut ditemukan caliber yang sama sehingga diyakini senjata yang digunakan juga sama. Pelacakan penggunaan senjata api diduga berasal dari pusat industri senapan angin di Cipacing, Sumedang, Jawa Barat. Penelusuran ini juga berdasarkan pengembangan kasus kepemilikan senjata airsoftgun illegal serta temuan ratusan peluru di TMII. Kemudian Polisi menangkap Aris Widagdo (46) warga Cicendo Bandung, di Cipacing, Sumedang pada 23 Agustus 2013. Saat rumah Aris digeledah polisi pada 25 Agustus 2013 ditemukan ribuan amunisi. Sehari kemudian, polisi menangkap lima perajin dan penjual senjata api rakitan di Cipancing. Kelimanya adalah; Yona Martina (25), Yopi maulana (31), Asep Barkah (36), Aok  Dahron (40) dan Dede Supriyatna (47). Kelimanya ditangkap atas pengembangan kasus penemuan amunisi milik Aris. 


Kedua pelaku termasuk jaringan teroris dan terlibat aksi perampokan (fa’i) untuk pendanaan aksi terorisme. Diantaranya perampokan BPR Cililitan, Kabupaten Bandung Barat, perampokan Kantor Pos Koja, Jakarta Utara, penembakan anggota polisi di Bekasi dan perampokan toko emas di Tambora, Jakarta Barat. Mereka menyuplai lima senjata api dalam aksi perampokan di Tambora.


ANALISIS


Jaringan kelompok kedua teroris Jeck dan Hendi ini terkait dengan jaringan kelompok Abu Roban dan kelompok Santoso di Poso. Mereka adalah teroris spesialis memerangi polisi atau menjadikan polisi sebagai target aksi terornya. Polisi dijadikan sasaran serangan dan pembunuhan karena sebagai bentuk balas dendam terhadap ihwan-ihwan mereka yang telah ditembak mati oleh Densus 88. Tuntutan yang utama adalah pembubaran Densus 88, oleh karena itu beberapa target banyak yang menjadikan Markas Densus 88 dan Brimob sebagai target serangan bom bunuh diri. Keterkaitan lainnya adalah sama dengan jaringan kelompok Thoriq, kelompok Farhan dan kelompok Abu Hanifa di Solo yang menjadikan Pos Polisi, Mako Brimob dan Mako Densus 88 sebagai target bom bunuh diri mereka.

(Fajar Purwawidada, MH., M.Sc.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar