Kelompok SIS (Islamic State of Irak and Syiria) Terus menunjukkan eksistensinya
di Indonesia meskipun aparat dan pemerintah telah berusaha untuk menghentikan
pengaruh ataupun gerakannya. Indikasinya dengan adanya kasus
baru-baru ini ditangkapnya 12 WNI di Kawasan Bukit Aman, Malaysia
yang berencana untuk berangkat ke Suria melalui Istanbul, Turki untuk bergabung dengan kelompok ISIS. Ke-12 WNI
tersebut merupakan warga Jawa Timur. Sementara dari data
yang dihimpun 12 Warga Jatim yang ditangkap di Malaysia itu adalah 6 orang dari
Surabaya berinisial HA, LMF, W, AB, ABM dan TR. Kemudian 2 orang dari Magetan
berinisial MSS dan MZA. 2 orang dari Sampang, Madura, yaitu NAR dan MAB
kemudian RSM dari Lamongan serta FA dari Blitar. Mereka saat ini maasih ditahan
di Markas Polisi Antiterorisme Malaysia sejak
11 Desember 2014. Ke-12 WNI Jatim ini akan dideportasi
menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Sebelum terjadi penangkapan 12 Warga
Jatim ini, aparat sudah melakukan pengawasan terhadap kegiataan 12 orang itu,
yang tergabung dalam gerakan kelompok radikal di Jatim. Beberapa daerah di Jawa
Timur memang menjadi basis kelompok-kelompok radikal dan terorisme, utamanya adalah
daerah Surabaya, Lamongan, Malang Raya, Sampang, Magetan dan beberapa daerah
lainya.
Tiga dari 12
warga negara Indonesia (WNI) yang ditangkap di Malaysia sebelum berangkat ke
Suriah untuk bergabung dengan kelompok ISIS, berasal dari Kabupaten Blitar,
Jawa Timur. Mereka terdiri dari suami, istri, dan seorang anak. HA (35) warga Kecamatan
Talun, Kabupaten Blitar dikenal sebagai dokter umum. Di rumahnya itu, dia
tinggal bersama istri LMF (26) dan putra mereka yang masih berusia setahun AR.
Ketiganya kini ditahan oleh kepolisian Malaysia karena diduga akan menjadi
relawan ISIS.
Mereka
memang keluarga yang tertutup. HA bahkan tidak pernah bergaul maupun berkumpul
dengan warga sekitar, meski ada hajatan maupun kematian. Keluarga HA hampir
semua berprofesi sebagai dokter. Keberadaan HA dan keluarga di Malaysia semula
diperkirakan untuk liburan. Perkiraan ini sesuai dengan paspor wisata yang
dibuat HA di kantor Imigrasi Kelas 2A Srengat Kabupaten Blitar pada 7 Agustus
2014.
Polisi antiteror Malaysia menangkap 12 WNI di salah satu hotel di
sekitar Kuala Lumpur International Airport (KLIA), Sepang pada 2 Desember 2014
malam. Para WNI sampai di Malaysia sehari sebelumnya dan akan melanjutkan
perjalanan ke Istanbul, Turki, lalu menuju Suriah.
ISIS
di Indonesia masuk dan berkembang paling utama di wilayah Poso, Sulawesi
Tengah. Terdapat ratusan warga Indonesia yang telah bergabung dengan ISIS.
Rekrutmen itu kemungkinan besar sudah mencapai 110 orang Indonesia yang
bergabung dengan ISIS. Poso saat ini memang menjadi poros gerakan radikal Islam
di Indonesia dengan Tokoh Abu Wardah alias Santoso. Kelompok radikal terorisme
yang dipimpinnya di wilayah Poso ini memiliki nama MIT (Mujahidin Indonesia
Timur). Tetapi jaringannya tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Masyarakat,
aparat ataupun pemerintah harus mewaspadai perkembangan ISIS ini. Mengingat bahwa
gerakan ini berbasis ideology, sehingga sulit untuk diatasi. Antisipasi
perluasan aksi-aksi terorisme yang dilakukan seperti terjadi penyerangan yang
dilakukan kelompok ISIS di Sydney, Australia beberapa waktu lalu. Aksi
terorisme di Sydney tersebut bisa saja menular ke Indonesia. Di Sydney,
penyanderaan diduga dilakukan kelompok Jahbat Al Nusra, sebuah kelompok radikal
Suni. Namun, kelompok radikal yang juga kerap melakukan kekerasan juga ada di
Indonesia, yakni ISIS.
Selain
melakukan rekrutmen terhadap masyarakat lokal untuk mendukung gerakan ISIS di
Indonesia, mereka juga telah banyak mengirimkan anggotanya untuk bergabung
dengan kelompok ISIS di Suriah. Terutama mereka yang memiliki militansi tinggi
atau keahlian yang dibutuhkan dalam perang di Suriah. Contohnya seperti HA yang
berprofesi sebagai dokter umum. Buktinya sudah ada beberapa kasus ditangkapnya
WNI di luar negeri terkait dengan jaringan ISIS. Selain ke-12 WNI yang di
tangkap di Malaysia ada juga yang ditangkap di Arab Saudi.
Seorang
Warga Negara Indonesia (WNI) juga di ditangkap di Arab Saudi karena diduga
terlibat kelompok militan ISIS. WNI bernama Hafid Imadudin itu ditangkap
kepolisian Arab Saudi saat akan menyeberang menuju Suriah.Penangkapan dilakukan
pada Juli 2014 saat laki-laki yang diketahui bekerja di grup konstruksi Bin
Laden Group itu sedang berjalan kaki menuju bagian utara Saudi. Rencananya, ia
akan menyeberang ke perbatasan Irak lalu menuju Utara untuk kemudian menuju
Suriah. Tindakan Hafid ini kemudian dicurigai pihak berwajib Saudi berhubungan
dengan gerakan ISIS.
Penanggulangan
perlu terus adanya evaluasi agar tindakan yang dilakukan efektif. Belum
optimalnya upaya tersebut mengakibatkan adanya residivis terorisme. Dimana
mantan teroris yang dihukum dan dibina di Lembaga permasyarakatan, begitu bebas
kembali kepada kelompoknya dan terlibat dalam aksi-aksi terorisme berikutnya.
Contohnya pada kasus di atas, satu di antara 12 WNI yang diamankan merupakan
mantan narapidana kasus terorisme. Mantan napi itu adalah M. Sibgotulloh yang
terlibat kasus perampokan CIMB Niaga Medan. Selain itu, Sibgotulloh diduga juga
terlibat kasus pelatihan teroris di Aceh
dan ditangkap tahun 2011 lalu, menjalani
hukuman dan baru dibebaskan beberapa bulan yang lalu.
REKOMENDASI
Gerakan
ISIS di Indonesia akan terus terjadi selama tindakan-tindakan preventif tidak
dilakukan oleh aparat ataupun pemerintah. Mengingat bahwa dari sejarahnya
pergerakan Islam di Indonesia adalah berbasis Ideologi, maka harus dilakukan deradikalisasi
secara menyeluruh:
1.
Deradikalisasi
dalam bentuk pendidikan dan pemahaman ajaran Islam yang penuh toleransi dan
rasa cinta tanah air dan bangsa (Nasionalisme).
2.
Mengontrol
media dan jejaring sosial karena informasi faham atau rekrutmen saat ini sering
menggunakan sarana ini.
3.
Memperketat
administrasi imigrasi terutama bagi yang berangkat atau kembali dari Negara-negara
konflik seperti Suriah, Pakistan, Afganistan, Iran, Mesir, Tunisia dll.
4.
Tindakan
hukum dan menumpas gerakan-gerakan kelompok sparatisme dan terorisme seperti
kelompok MIT (Mujahidin Indonesia Timur) yang berpusat di wilayah Poso,
Sulawesi Tengah.
(Fajar
Purwawidada, MH., M.Sc.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar