Kamis, 18 Desember 2014

PENANGKAPAN 12 WNI ISIS DI MALAYSIA




Kelompok SIS (Islamic State of Irak and Syiria) Terus menunjukkan eksistensinya di Indonesia meskipun aparat dan pemerintah telah berusaha untuk menghentikan pengaruh ataupun gerakannya. Indikasinya dengan adanya kasus baru-baru ini ditangkapnya 12 WNI di Kawasan Bukit Aman, Malaysia yang berencana untuk berangkat ke Suria melalui Istanbul, Turki untuk  bergabung dengan kelompok ISIS. Ke-12 WNI tersebut merupakan warga Jawa Timur. Sementara dari data yang dihimpun 12 Warga Jatim yang ditangkap di Malaysia itu adalah 6 orang dari Surabaya berinisial HA, LMF, W, AB, ABM dan TR. Kemudian 2 orang dari Magetan berinisial MSS dan MZA. 2 orang dari Sampang, Madura, yaitu NAR dan MAB kemudian RSM dari Lamongan serta FA dari Blitar. Mereka saat ini maasih ditahan di Markas Polisi Antiterorisme Malaysia sejak  11 Desember 2014. Ke-12 WNI Jatim ini akan dideportasi menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Sebelum terjadi penangkapan 12 Warga Jatim ini, aparat sudah melakukan pengawasan terhadap kegiataan 12 orang itu, yang tergabung dalam gerakan kelompok radikal di Jatim. Beberapa daerah di Jawa Timur memang menjadi basis kelompok-kelompok radikal dan terorisme, utamanya adalah daerah Surabaya, Lamongan, Malang Raya, Sampang, Magetan dan beberapa daerah lainya.

Tiga dari 12 warga negara Indonesia (WNI) yang ditangkap di Malaysia sebelum berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ISIS, berasal dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Mereka terdiri dari suami, istri, dan seorang anak. HA (35) warga Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar dikenal sebagai dokter umum. Di rumahnya itu, dia tinggal bersama istri LMF (26) dan putra mereka yang masih berusia setahun AR. Ketiganya kini ditahan oleh kepolisian Malaysia karena diduga akan menjadi relawan ISIS.

Mereka memang keluarga yang tertutup. HA bahkan tidak pernah bergaul maupun berkumpul dengan warga sekitar, meski ada hajatan maupun kematian. Keluarga HA hampir semua berprofesi sebagai dokter. Keberadaan HA dan keluarga di Malaysia semula diperkirakan untuk liburan. Perkiraan ini sesuai dengan paspor wisata yang dibuat HA di kantor Imigrasi Kelas 2A Srengat Kabupaten Blitar pada 7 Agustus 2014.

Polisi antiteror Malaysia menangkap 12 WNI di salah satu hotel di sekitar Kuala Lumpur International Airport (KLIA), Sepang pada 2 Desember 2014 malam. Para WNI sampai di Malaysia sehari sebelumnya dan akan melanjutkan perjalanan ke Istanbul, Turki, lalu menuju Suriah.

ISIS di Indonesia masuk dan berkembang paling utama di wilayah Poso, Sulawesi Tengah. Terdapat ratusan warga Indonesia yang telah bergabung dengan ISIS. Rekrutmen itu kemungkinan besar sudah mencapai 110 orang Indonesia yang bergabung dengan ISIS. Poso saat ini memang menjadi poros gerakan radikal Islam di Indonesia dengan Tokoh Abu Wardah alias Santoso. Kelompok radikal terorisme yang dipimpinnya di wilayah Poso ini memiliki nama MIT (Mujahidin Indonesia Timur). Tetapi jaringannya tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Masyarakat, aparat ataupun pemerintah harus mewaspadai perkembangan ISIS ini. Mengingat bahwa gerakan ini berbasis ideology, sehingga sulit untuk diatasi. Antisipasi perluasan aksi-aksi terorisme yang dilakukan seperti terjadi penyerangan yang dilakukan kelompok ISIS di Sydney, Australia beberapa waktu lalu. Aksi terorisme di Sydney tersebut bisa saja menular ke Indonesia. Di Sydney, penyanderaan diduga dilakukan kelompok Jahbat Al Nusra, sebuah kelompok radikal Suni. Namun, kelompok radikal yang juga kerap melakukan kekerasan juga ada di Indonesia, yakni ISIS.  

Selain melakukan rekrutmen terhadap masyarakat lokal untuk mendukung gerakan ISIS di Indonesia, mereka juga telah banyak mengirimkan anggotanya untuk bergabung dengan kelompok ISIS di Suriah. Terutama mereka yang memiliki militansi tinggi atau keahlian yang dibutuhkan dalam perang di Suriah. Contohnya seperti HA yang berprofesi sebagai dokter umum. Buktinya sudah ada beberapa kasus ditangkapnya WNI di luar negeri terkait dengan jaringan ISIS. Selain ke-12 WNI yang di tangkap di Malaysia ada juga yang ditangkap di Arab Saudi.

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) juga di ditangkap di Arab Saudi karena diduga terlibat kelompok militan ISIS. WNI bernama Hafid Imadudin itu ditangkap kepolisian Arab Saudi saat akan menyeberang menuju Suriah.Penangkapan dilakukan pada Juli 2014 saat laki-laki yang diketahui bekerja di grup konstruksi Bin Laden Group itu sedang berjalan kaki menuju bagian utara Saudi. Rencananya, ia akan menyeberang ke perbatasan Irak lalu menuju Utara untuk kemudian menuju Suriah. Tindakan Hafid ini kemudian dicurigai pihak berwajib Saudi berhubungan dengan gerakan ISIS.

Penanggulangan perlu terus adanya evaluasi agar tindakan yang dilakukan efektif. Belum optimalnya upaya tersebut mengakibatkan adanya residivis terorisme. Dimana mantan teroris yang dihukum dan dibina di Lembaga permasyarakatan, begitu bebas kembali kepada kelompoknya dan terlibat dalam aksi-aksi terorisme berikutnya. Contohnya pada kasus di atas, satu di antara 12 WNI yang diamankan merupakan mantan narapidana kasus terorisme. Mantan napi itu adalah M. Sibgotulloh yang terlibat kasus perampokan CIMB Niaga Medan. Selain itu, Sibgotulloh diduga juga terlibat kasus pelatihan teroris  di Aceh dan ditangkap tahun 2011 lalu,  menjalani hukuman dan baru dibebaskan beberapa bulan yang lalu.

REKOMENDASI

Gerakan ISIS di Indonesia akan terus terjadi selama tindakan-tindakan preventif tidak dilakukan oleh aparat ataupun pemerintah. Mengingat bahwa dari sejarahnya pergerakan Islam di Indonesia adalah berbasis Ideologi, maka harus dilakukan deradikalisasi secara menyeluruh:
1.    Deradikalisasi dalam bentuk pendidikan dan pemahaman ajaran Islam yang penuh toleransi dan rasa cinta tanah air dan bangsa (Nasionalisme).
2.    Mengontrol media dan jejaring sosial karena informasi faham atau rekrutmen saat ini sering menggunakan sarana ini.
3.    Memperketat administrasi imigrasi terutama bagi yang berangkat atau kembali dari Negara-negara konflik seperti Suriah, Pakistan, Afganistan, Iran, Mesir, Tunisia dll.
4.    Tindakan hukum dan menumpas gerakan-gerakan kelompok sparatisme dan terorisme seperti kelompok MIT (Mujahidin Indonesia Timur) yang berpusat di wilayah Poso, Sulawesi Tengah.

(Fajar Purwawidada, MH., M.Sc.)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar