Di awal tahun baru 2015 terjadi
serangan teroris di kota Paris, Perancis . Sekelompok orang melakukan
penembakan membabibuta. Sedikitnya 12 orang tewas dan 7 orang teluka dalam
serangan mematikan di kantor tabloid bernada satire Prancis, Charlie Hebdo,
pada Rabu tanggal 7 Januari 2015. Pelaku
penyerangan adalah sekelompok pria bersenjatakan senapan Kalashnikov dan
peluncur roket. Pemerintah Prancis langsung meningkatkan status kesiagaan
aparat keamanannya atas tragedi itu. Kewaspadaan keamanan itu dikarenakan masih
ada dua pelaku yang berhasil melarikan diri dan dikhawatirkan mereka akan
melanjutkan aksi serangan di lokasi yang berbeda. Sedangkan satu orang pelaku
lainnya telah menyerahkan diri. Pelaku cepat teridentivikasi akibat adanya salah
satu tanda identitas yang tertinggal dalam mobil saat mobil yang dikendarainya
bertabrakan saat melarikan diri.
Tiga dari korban tewas adalah pemimpin redaksi Charlie
Hebdo, dan dua lainnya petugas kepolisian. Ancaman serangan di Prancis
sebenarnya telah jauh-jauh hari telah diungkapkan. Serangkaian aksi kekerasan
juga telah terjadi yang diduga terkait dengan skenario serangan yang lebih
besar. Operasi polisi besar-besar langsung diluncurkan di seluruh wilayah Paris
untuk menangkap para penyerang.
Polisi telah memblokade jalanan utama di Paris. Mereka juga mengecek semua penumpang kendaraan yang hendak keluar dari ibu kota. Pemeriksaan para penumpang kereta bawah tanah dan bandara juga diintensifkan. Polisi juga telah memperingatkan media Prancis lainnya untuk tetap waspada menyusul serangan tersebut. Ribuan pasukan keamanan ditempatkan juga di berbagai pusat perbelanjaan.
Menurut seorang saksi mata, Benoit Bringer, dua orang yang berpakaian serba hitam dan berpenutup muka memasuki kantor Charlie Hebdo dengan membawa senapan Kalashnikov. Beberapa menit kemudian, terdengar serangkaian tembakan. Setelah itu, para penembak langsung melarikan diri dari gedung itu. Kemudian mereka membajak sebuah mobil dan melaju kencang melalui jalur pedestrian.
Polisi telah memblokade jalanan utama di Paris. Mereka juga mengecek semua penumpang kendaraan yang hendak keluar dari ibu kota. Pemeriksaan para penumpang kereta bawah tanah dan bandara juga diintensifkan. Polisi juga telah memperingatkan media Prancis lainnya untuk tetap waspada menyusul serangan tersebut. Ribuan pasukan keamanan ditempatkan juga di berbagai pusat perbelanjaan.
Menurut seorang saksi mata, Benoit Bringer, dua orang yang berpakaian serba hitam dan berpenutup muka memasuki kantor Charlie Hebdo dengan membawa senapan Kalashnikov. Beberapa menit kemudian, terdengar serangkaian tembakan. Setelah itu, para penembak langsung melarikan diri dari gedung itu. Kemudian mereka membajak sebuah mobil dan melaju kencang melalui jalur pedestrian.
Kedua tersangka teroris serangan
itu, yaitu dua bersaudara Cherif Kouachi dan Said Kouachi. Cherif Kouachi, 32
tahun, pernah ditahan tahun 2005 ketika dia hendak meninggalkan Perancis menuju
Suriah. Di Suriah, dia ingin mendapatkan latihan tempur guna melawan Amerika
terkait keterlibatan Amerika dalam invasi Irak tahun 2003.
Belakangan ini, dia tinggal bersama tersangka lainnya, yaitu saudaranya sendiri Said, 34 tahun, di rumah seorang mualaf di Paris. Mereka berbicara bahasa Perancis dengan fasih dan mengaku berasal dari Al Qaeda.
Tragedi Paris itu memicu perhatian dunia. Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron mengungkapkan teror itu hal yang memuakkan. Ucapan senada juga diungkapkan Presiden Uni Eropa President Jean-Claude Juncker yang segera mengecam serangan kejam itu. Juru Bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengungkapkan seluruh orang AS bersama dengan keluarga korban yang tewas dalam terluka dalam serangan tersebut.
Dugaan sementara gerilyawan dan simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di belakang aksi serangan itu. Dapat dilihat dari tweet terakhir Charlie Hebdo memuat kartun pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. Selama ini Prancis memang ikut dalam aliansi perang melawan ISIS yang dipimpin AS di Suriah dan Irak.
Charlie Hebdo telah berulang kali memuat kartun yang kontroversial. Kantor majalah itu pernah dibom pada November 2011 lalu, sehari setelah memuat karikatur Nabi Muhammad SAW. Pada September 2012, Charlie Hebdo kembali memublikasi kartun Nabi Muhammad yang sedang telanjang.
Kemudian mereka juga memproduksi film berbiaya rendah berjudul Innocence of Muslims yang melecehkan Nabi Muhammad. Akibat tindakan Charlie Hebdo, sekolah Prancis, konsulat, dan pusat budaya di 20 negara muslim ditutup. Kedutaan Besar Prancis juga mengantisipasi segala bentuk serangan balasan atas hal itu. Bahkan editor Charlie Hebdo Stephane Charbonnier mendapatkan ancaman pembunuhan dan mendapatkan perlindungan keamanan dari polisi.
Belakangan ini, dia tinggal bersama tersangka lainnya, yaitu saudaranya sendiri Said, 34 tahun, di rumah seorang mualaf di Paris. Mereka berbicara bahasa Perancis dengan fasih dan mengaku berasal dari Al Qaeda.
Tragedi Paris itu memicu perhatian dunia. Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron mengungkapkan teror itu hal yang memuakkan. Ucapan senada juga diungkapkan Presiden Uni Eropa President Jean-Claude Juncker yang segera mengecam serangan kejam itu. Juru Bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengungkapkan seluruh orang AS bersama dengan keluarga korban yang tewas dalam terluka dalam serangan tersebut.
Dugaan sementara gerilyawan dan simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di belakang aksi serangan itu. Dapat dilihat dari tweet terakhir Charlie Hebdo memuat kartun pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. Selama ini Prancis memang ikut dalam aliansi perang melawan ISIS yang dipimpin AS di Suriah dan Irak.
Charlie Hebdo telah berulang kali memuat kartun yang kontroversial. Kantor majalah itu pernah dibom pada November 2011 lalu, sehari setelah memuat karikatur Nabi Muhammad SAW. Pada September 2012, Charlie Hebdo kembali memublikasi kartun Nabi Muhammad yang sedang telanjang.
Kemudian mereka juga memproduksi film berbiaya rendah berjudul Innocence of Muslims yang melecehkan Nabi Muhammad. Akibat tindakan Charlie Hebdo, sekolah Prancis, konsulat, dan pusat budaya di 20 negara muslim ditutup. Kedutaan Besar Prancis juga mengantisipasi segala bentuk serangan balasan atas hal itu. Bahkan editor Charlie Hebdo Stephane Charbonnier mendapatkan ancaman pembunuhan dan mendapatkan perlindungan keamanan dari polisi.
Setelah penembakan di kantor tabloid tersebut ada
rangkaian aksi teror lanjutan yaitu insiden penyandraan di supermarket di Paris
sebelah Timur. Pria bersenjata dua senapan otomatis yang merupakan satu
kelompok dengan pelaku penembakan sebelumnya.
Oleh karena itu aparat dan pemerintah Perancis terus
bersiaga dan menyisir tempat-tempat symbol dan tempat strategis dari
kemungkinan serangan lanjutan. Pelaku kelompok teroris telah menyatakan akan
berperang sampai penghabisan untuk melawan aparat keamanan Perancis.
ANALISIS
(FAJAR PUWAWIDADA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar