ISIS: Islamic State in Iraq and Syria (Indonesia) |
ISIS: Islamic State in Iraq and the Levant (ISIL) atau Islamic
State in Iraq and Syria atau Islamic
State in Iraq and al-Shām (ISIS) merupakan kelompok
militan jihad di Irak dan Suriah. ISIS adalah suatu organisasi yang
memiliki tujuan untuk membentuk Daulah Islamiyah atau negara Islam dalam
pimpinan satu Khalifah. Saat ini ISIS dipimpin Abu Bakar Al Baghdadi.
Terbentuk dari proses chaos politik di Iraq dan Syiria. Dimana situasi kestabilan
keamanan dan politik sudah tidak mampu dikontrol lagi oleh negara, maka actor
non-negara akan muncul untuk mengambil alih keadaan. Pada gerakan demokrasi
sampai di Suriah yang sebelumnya telah meruntuhkan negara-negara kuat Timur
Tengah: Tunisia dan Mesir, memunculkan kelompok-kelompok yang pro-demokrasi dan
kelompok-kelompok militan yang mengusung sektarian. ISIS muncul sebagai
kelompok militan perjuangan kelompok minoritas sunni tersebut yang berhasil
mengkonsolidasikan kelompok-kelompok militan lainnya untuk berusaha
menggulingkan diktator Bashar Al Assad yang
berasal dari kalangan Syiah. Upaya ini gagal karena ternyata Al Assad didukung oleh paramiliter
Hezbollah.
Kegagalan
menggulingkan Al Assad, mengalihkan
tujuan ISIS untuk menguasai wilayah
Suriah bagian Timur dan Irak bagian Barat yang tak bisa dikuasai efektif oleh
Pemerintah Damaskus dan Baghdad. Keberhasilan menguasai wilayah itu
mengakibatkan ISIS memiliki kekuasaan luar biasa di kawasan Timur Tengah. Pada tanggal 29 Juni 2014 mereka menghapus nama Irak dan Levant dan kemudian mendirikan negara Negara Islam, menyatakan wilayah di Irak dan Suriah sebagai kekhalifahan
baru. ISIS mendeklarasikan
entitas politik baru yang mereka sebut sebagai khilafah. Menggunakan sentimen
sektarianisme Sunni versus Syiah dan khilafah sebagai entitas politik pemersatu
umat Islam sedunia. Dengan mengangkat tokoh sentral ISIS Abu Bakar al-Baghdadi, yang
merupakan mantan anggota intelijen Iraq masa pemerintahan Saddam sebagai
Khalifah yang pertama.
ISIS memiliki aliansi atau merupakan sempalan dari
Al-Qaeda. Meskipun kemudian tidak sejalan lagi, aksi-aksi yang dilakukan
berkiblat pada Al-Qaeda dan berideologi pada Islam Wahabbi. Perebutan kekuasaan
yang dilakukan melalui kekerasan dan aksi teror yang brutal seperti: pembunuhan masal, bom bunuh diri, menjarah bank, toko emas dan menguasai ladang minyak. Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap
Muslim Syiah dan Kristen. Pemberontak di Irak dan Suriah ini telah menewaskan
ribuan orang. PBB menyebutkan lebih dari 2.400 warga Irak yang
mayoritas warga sipil tewas sepanjang Juni 2014. Jumlah korban tewas ini
merupakan yang terburuk dari aksi kekerasan di Irak dalam beberapa tahun
terakhir. ISIS telah menyebabkan lebih dari 30.000 warga kota kecil di Timur Suriah harus mengungsi. Memegang paham keagamaan ultra-puritan,
ISIS menghancurkan banyak masjid di wilayah yang mereka duduki, dengan alasan
masjid-masjid itu jadi tempat pemujaan yang dianggap musyrik bertentangan
dengan akidah tauhid. Dengan paham keagamaan ultra-puritan, ISIS berniat
menghancurkan Kabah di Mekkah yang menurut mereka telah menjadi pusat pemujaan
kemusyrikan.
Ambisi kekuasaan ISIS adalah menegakkan kembali
Khilafah Islamiyah atau daulah Islamiyah di seluruh dunia setelah khilafah
terakhir di Turki runtuh pada 1924. ISIS menyerukan pada umat Muslim di seluruh
dunia untuk tunduk dan mendukung gerakan mereka. Berupaya terus memperluas
kekuasaan dan jaringannya baik di Timur Tengah, Eropa dan Asia. Indonesia merupakan salah satu dari 50
negara di dunia yang menjadi sasaran gerakan ISIS. Ada sekitar 7.000 militansi
ISIS yang terus bergerilya di seluruh dunia.
Seruan
ISIS itu memiliki potensi mendapat sambutan dari kalangan Muslim awam yang tak
paham geopolitik Dunia Arab, khususnya Irak dan Suriah. Atau orang-orang Muslim
yang memegang idealisme tentang kesatuan umat Islam sedunia di bawah satu
entitas politik tunggal khilafah tanpa memahami konsep khilafah itu sendiri
beserta implikasi dan konsekuensinya. Meski ada potensi ISIS bisa merekrut
segelintir Muslim dari berbagai penjuru dunia, pada saat yang sama ISIS
mengandung lebih banyak potensi mendapat perlawanan dari mayoritas terbesar
umat Islam. Hal ini terkait terutama dengan paham keagamaannya yang bersifat
ultra-puritan yang bahkan jauh lebih ekstrem daripada paham Wahabiyah.
Sampai
saat ini memang masih ada kalangan umat Islam di berbagai penjuru dunia yang
mengimpikan khilafah. Bagi mereka, khilafah adalah satu-satunya institusi atau
entitas politik yang bisa mempersatukan umat Islam seluruh dunia. Menurut
mereka, hanya dengan khilafah, umat Islam sedunia dapat mengatasi masalah
semacam keterbelakangan, kemiskinan, pengangguran, dan berbagai bentuk
kenestapaan lain. Karena itulah, dari waktu ke waktu selalu ada kelompok di
kalangan umat Islam yang mengorientasikan cita gerakan mereka untuk pembentukan
khilafah. Di antara mereka ada yang bergerak secara damai atau kekerasan
seperti ISIS.
Propaganda
ISIS melalui media, khususnya elektronik dan jejaring sosial telah berhasil
mendapatkan simpati dan menggaet umat Muslim di dunia. Keberhasilan ini karena
ISIS menggunakan simbol-simbol Islam dan menggunakan tujuan khilafah yang
seolah mengasumsikan dirinya sebagai Islam dan pasukan Allah. Padahal ISIS
tidak mewakili apapun dari Islam sebagai agama, karena sesungguhnya gerakannya
adalah bentuk politik kekuasaan. Bahkan sebaliknya aksi-aksi kekerasan, teror
dan kebrutalan yang dilakukannya sungguh tidak mencerminkan dari ajaran Islam
yang merupakan agama cinta damai. Namun bagi sebagian Muslim yang memiliki
semangat ke-Islaman / jihad yang tinggi, namun tidak cukup memiliki wawasan dan
ilmu yang cukup akan mudah terpengaruh dan terperangkap dalam propaganda yang
dilakukan. Atau bagi kelompok-kelompok yang memiliki tujuan yang sama dengan
ISIS untuk mendirikan negara Islam dapan memanfaatkan momen ini untuk mendorong
perjuangkannya memperjuangkan daulah Islamiyah di negaranya.
Di
Indonesia yang merupakan penduduknya mayoritas Islam, propaganda ISIS untuk
mendukung dan bergabung dalam perjuangannya menegakkan khilafah Islamiyah cepat
direspon oleh kelompok-kelompok Islam yang memiliki karakter, ideology dan
tujuan sama. Bahwa di Indonesia paham-paham radikal semacam ini: ISIS, Ikhwanul
Muslim, Taliban mudah masuk karena secara historis Indonesia pernah mengalami
pergolakan dan konflik radikalisme Islam dengan adanya pertentangan bentuk negara
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan NII (Negara Islam
Indonesia) yang berdasarkan Islam. Pertentangan mengenai Piagam Jakarta terlah
melahirkan militansi Islam di Indonesia dengan adanya pergerakan pemberontakan
Darul Islam (DI/TII) Kartosuwirdjo yang berupaya terus memperjuangkan
berdirinya Negara Islam di Indonesia. Berkembangnya ideology Islam radikal
wahabbi, salafy ataupun puritan serta pengaruh jaringan Ihmawanul Muslim dan
Al-Qaeda di Indonesia terhadap kelompok masa Darul Islam-Komando Jihad hingga
mutasi kelompok Islam radikal dan teroris membuat faham ISIS mudah mendapatkan
tempat untuk bersemai.
Jaringan
yang sudah ada semisal kelompok teroris Jamaah Islamiyah dengan Ihwanul Muslim dan
pengiriman anggota Darul Islam-kelompok usroh untuk pelatihan paramiliter di
Afganistan 1985 hingga tahun 1990-an dan hubungan kelompok teroris Hambali dan
Noordin M. Top dengan Al-Qaeda membuktikan mudahnya Indonesia menerima
faham-faham fundamentalis transnasional itu. Oleh karena tidak heran bila
ajakan bergabung ISIS langsung disambut para kelompok radikal itu untuk
merekronstruksi ideology dan perjuangan kelompoknya itu. Melihat ISIS yang
mampu berkuasa dan sukses gerakannya di Iraq dan Suriah dapat dijadikan bangkitnya
semangat baru, haluan dan kendaraan untuk mendapatkan dukungan perjuangan yang
sama mendirikan daulah Islamiyah di Indonesia. Mengingat bahwa
kelompok-kelompok radikal-teroris beberapa tahun ini telah terpaksa tiarap dan
kehilangan orientasi akibat banyaknya tokoh-tokoh utama mereka berhasil ditangkap
atau ditembak mati Densus 88; Abu Bakar Ba’asyir, Noordin M. Top, Dr. Hambali,
Abu Tholut, Sigit Qardawi dll. Buktinya adalah sudah ada 56 WNI yang berangkat
ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, tiga diantaranya tewas dan maraknya
dukungan terhadap ISIS di berbagai wilayah di Indonesia; Bengkulu, Banjarmasin,
Jakarta, Solo, Malang, Maluku, Poso, Bima dll. Bahwa nyatanya ISIS cepat
direspon di daerah-daerah konflik atau daerah basis kelompok Islam radikal.
Dipastikan
simpatisan ISIS di Indonesia adalah dari anggota kelompok radikal dan teroris
itu, yaitu semisal jaringan kelompok Santoso-Mujahidin Indonesia Timur di Poso
dan juga jaringan Islam radikal seperti JAT cs. di Solo ataupun
jaringannya. Buktinya bahwa anggota ISIS yang melakukan propaganda di Youtobe
adalah Abu Muhammad Al Indonesiy tersebut alias Bahrumsyah. Pria itu masih
terkait dengan kelompok terorisme pimpinan Santoso alias Abu Wardah. Bahrumsyah
pernah menempuh kuliah di UIN Ciputat tahun 2004. Namun, ia tidak menyelesaikan
kuliahnya karena lebih tertarik bergabung dengan kelompok-kelompok militan
Muslim. Awalnya Bahrumsyah bergabung dengan kelompok Abu Jibril di Ciputat.
Karena tidak sepaham, Bahrumsyah keluar dan berguru ke Ustaz Amman Abdurahman
yang terlibat bom Cimanggis 2004 dan Jantho. Amman kini berada di Lapas
Nusakambangan. Kemudian Bahrumsyah bergabung dengan Muh Fachri. Bahrumsyah dan
Muh Fachri kemudian bergabung dalam kelompok Forum Aktivis Syariat Islam
(Faksi). Faksi inilah yang kemudian menjadi pendorong untuk perkembangan
ISIS di Indonesia yang melakukan deklarasi mendukung ISIS di berbagai daerah:
Jakarta, Banjarmasin, Ciputat, Bekasi, Solo, Malang, Poso, Bima, Lombok;
Pada 3 Agustus2014 ada 50
warga Bekasi telah berikrar untuk mendukung kelompok Negara Islam Irak dan
Suriah (ISIS). Mereka tergabung dalam kelompok bernama Jamaah Anshorut Tauhid
(JAT) yang dipimpin oleh Syamsudin Uba. Pendukung ISIS berikrar di Masjid
Muhajirin, Pekayon Jaya, Bekasi Selatan. Jemaah tersebut menamakan kelompok
mereka dengan nama Khilafah Ibrahim.
Keberadaan ISIS di Bima
pertama kali diketahui berdasarkan informasi intelijen yang menyebut ada
pergerakan ISIS yang berlangsung di wilayah Bima. Ini berdasarkan bukti
dokumentasi kegiatan ceramah yang berlangsung di sebuah tempat di wilayah ini.
Ada kegiatan baiat mendukung
gerakan ISIS digelar di Kampus II Gedung Syahida Inn UIN Syarief Hidayatullah selain itu juga ada demonstrasi
mendukung ISIS di Bunderan HI Jakpus.
Di Kabupaten Malang yang
dilaporkan sempat ada pertemuan petinggi ISIS, selain itu juga ada rencana
pembaiatan di sebuah masjid di Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo, serta
di Kabupaten Lamongan adanya satu keluarga yang berjumlah tujuh orang bergabung
dengan gerakan ISIS.
Di Solo Raya simpatisan ISIS
dapat dilihat dengan maraknya pemasangan gambar dinding, poster dan bendera
ISIS yang dipasang di beberapa tempat khususnya di sekitar daerah Grogol yang
merupakan basis dari kelompok-kelompok Islam Radikal Solo. Pemasangan
simbol-simbol dan dukungan gerakan ISIS di Solo sebenarnya sudah nampak jauh
beberapa bulan sebelum hebohnya tanyangan propaganda ISIS di Youtobe.
Menunjukkan terlambatnya respon aparat pemerintah dan masyarakat atau mungkin
memang belum menyadari dengan adanya gerakan kelompok ISIS tersebut.
Tidak hanya di youtobe
baru-baru ini, propaganda ISIS dan Khilafah Islamiyah sebenarnya sudah lama
aktif di jejaring sosial dan situs internet. Misalnya situs Pembela Tauhid dan
Risalah Tauhid News yang di yakini milik Kelompok JAT, yang aktif mengunggah berita,
foto, tindakan dan cara-cara kekerasan; cara membuat bom, ightiyalat (cara
membunuh secara diam-diam), serangan terhadap polisi, termasuk memberitakan
propaganda ISIS dan pembantaian umat Muslim. Tentu ini merupakan
propaganda terorisme. Tapi nampaknya tidak ada kontra ataupun pemblokiran
terhadap pemberitaan seperti itu oleh aparat pemerintah. Situs-situs Islam
radikal dibiarkan lepas begitu saja tanpa kontrol. Sangat berbahaya karena
dapat langsung diakses oleh masyarakat dimanapun berada dan juga dijadikan
sebagai sarana rekrutmen-doktrinasi anggota baru. Tidak cukup di internet,
secara fisik Koran dinding Risalah Tauhid News juga terpajang di masjid-masjid
disekitar kawasan Grogol, Solo.
Bahkan di Lapaspun
setidaknya 24 narapidana kasus terorisme yang telah menyatakan dukungan
terhadap ISIS. Tokoh JI dan JAT Abu Bakar Ba'asyir telah melakukan baiat
terhadap 23 terpidana kasus terorisme penghuni Lapas Pasir Putih, Nusakambangan,
untuk mengikuti paham ISIS. Mereka yang sudah terang-terangan membaiat diri mendukung pemimpin ISIS Abu Bakar al
Baghdadi diantaranya: Abu Bakar Baasyir, Aman
Abdurrahman (Jamaah Ansharut Tauhid-JAT), dan Santoso alias Abu Wardah
(pemimpin kelompok teroris di di Poso, Sulawesi Tengah). Selain itu ada belasan mantan narapidana dan ratusan anggota kelompok radikal yang menyatakan bergabung dengan ISIS.
Melihat begitu masifnya pengembangan jaringan
simpatisan ISIS di Indonesia perlu mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah. Mengingat ideology ISIS merupakan faham yang ultra-puritan, dalam
arti menghendaki ajaran Islam yang semurni-murninya dan tidak menerima adanya
perbedaan tafsir agama dengan kelompoknya serta mudahnya mengkafirkan kelompok
yang lain. Faham semacam ini dapat mengancam eksistensi NKRI mengingat bahwa
Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dan menghagai keragaman sebagai bentuk
pluralisme. Faham ini juga menganggap Indenesia sebagai negara kafir atau
pemerintahan yang thogut karena bukan berdasarkan ideology Islam yaitu
Al-Qur’an dan Hadis, tetapi berdasar pada hukum buatan manusia yaitu Pancasila
dan UUD 1945. Sehingga keberadaan faham ISIS di Indonesia akan mengancam
Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI yang sudah dianggap final.
Melihat pengalaman 1985 saat anggota kelompok Darul
Islam berangkat ke Afganistan untuk mendapatkan pelatihan dan ikut bergabung
bersama mujahidin untuk melawan Soviet kemudian setelah kembali ke tanah air,
sebagian mereka menjadi tokoh-tokoh kelompok radikal / terorisme Jamaah
Islamiyah dan Darul Islam yang terus mengobarkan teror di Indonesia. Dikhawatirkan
WNI yang saat ini berangkat berjihad dan bergabung ISIS di Suriah setelah
kembali ke Indonesia akan serupa menjadi tokoh dan lebih mengobarkan
radikalisme Islam ataupun terorisme yang mengancam keamanan nasional. Oleh
karena menyangkut keamanan nasional tidak dapat hanya menjadi tanggung jawab
Polisi atau Militer saja, tetapi semua elemen masyarakat juga harus bersinergi
untuk dapat mencegah berkembangnya jaringan ISIS ini di Indonesia.
REKOMENDASI
Dari permasalah ISIS di atas, maka untuk menanggulangi
berkembangnya ideology dan gerakan ISIS di Indonesia maka dapat diberikan
rekomendasi sebagai berikut :
1. Sebagi
preventive dilakukan deradikalisasi terhadap kelompok-kelompok Islam radikal
dan tahanan terorisme untuk dapat memahami ajaran Islam secara damai dan
toleransi. Selain itu perlu program disengagement yaitu pemutusan hubungan para
mantan narapidana terorisme agar tidak kembali lagi ke jaringannya, yaitu
melalui pengawasan dan penyaluran pekerjaan yang layak.
2. Penegakan
hukum yang tegas terhadap para provokator atau penyebar faham ISIS ataupun
simpatisan yang mendukung gerakan ISIS, termasuk WNI yang bergabung dengan ISIS
di Suriah apabila kembali ke tanah air.
3. Pembatasan
dan memperketat terhadap WNI yang akan bepergian ke daerah-daerah konflik di
luar negeri seperti; Iraq dan Suriah.
4. Melalui
pendidikan agama yang mengajarkan Islam yang damai dan toleransi.
5. Peran
serta tokoh Ulama untuk dapat memberikan pemahaman tentang bahayanya ISIS dan
faham-faham fundamentalis / ultra-puritan yang dapat mengakibatkan kekerasan
dan konflik di masyarakat.
6. Meningkatkan
kesejahteraan, menekan kemiskinan dan pengangguran serta menegakkan keadilan di
masyarakat.
7. Melakukan
revitalisasi Pancasila sebagai ideology bangsa dan terus menanamkan nasionalisme
patriotisme terhadap masyarakat.
8. Adanya
kontrol terhadap media jejaring sosial dan lainnya terhadap upaya doktrinasi,
propaganda, agitasi dan provokasi oleh pihak yang ingin menebarkan faham-faham
fundamentalis / kekerassan di masyarakat.
(Fajar Purwawidada, MH., M.Sc.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar