MUJAHIDIN INDONESIA TIMUR |
KASUS
Terjadi penyergapan teroris di 5 lokasi :
1. Kebumen,
Jawa Tengah
Lokasi : Rumah kontrakan di desa Ungaran, Kecamatan
Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, baru dihuni 7-10 hari.
Kejadian : Penangkapan, penggerebekan dan baku tembak.
Waktu penyergapan : Rabu, 8 Mei 2013 mulai pukul 18.00 WIB
sampai Kamis, 9 Mei pukul 9.30 WIB.
Korban tewas : 3 orang ( Bastari, Toni, Bayu, alias
Ucup)
Ditangkap : 2 orang (Farel, Wagiono, Slamet, Budi )
Barang bukti : bom pipa, granat, peluru, pistol, 3
motor, laptop, telepon genggam.
2. Batang,
Jawa Tengah
Lokasi : Tempat kos di Jalan Raya Babadan, Desa Sempu,
Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Kejadian : penangkapan dan penembakan.
Waktu : Kamis, 9 Mei 2013 sekitar pukul 10.30 WIB.
Korban tewas : 1 orang (Abu Roban alias Untung alias
Bambang Nangka)
Ditangkap : 1 orang (Puryanto)
Keterangan : Kedua tersangka merupakan pimpinan
halaqah Ciledug. Keduanya termasuk kelompok Abu Umar yang juga otak perampokan
toko emas di Tambora, Jakarta Barat. Terlibat dalam pendanaan teror di Poso dan
perampokan di BRI di Batang, Jawa Tengah. Di Kendal juga di tangkap teroris
Iwan.
3. Tangerang
Selatan, Banten dan Jakarta
Lokasi : Jalan Arya Putra, Serua Indah, Tangerang
Selatan.
Kejadian : Penangkapan
Waktu : Rabu, 8 Mei 2013 malam.
Ditangkap : 5 orang (Faisal alias Boim, Endang, Agung,
Agus, Widharto dan Imam)
4. Kabupaten
Bandung, Jawa Barat
Lokasi : Rumah kontrakan di RT 02 RW 08 Kampung
Baturengat Hilir, Desa Cigondewah, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung.
Kejadian : Penggerebekan dan baku tembak.
Waktu : Rabu, 8 Mei 2013 mulai pukul 10.00 WIB hingga
pukul 19.30.
Korban Tewas : 3 orang (Budi alias Angga, Junet alias
Encek, Sarame).
Ditangkap : 2 orang (William Maksum alias Acum alias
Dadan, Haris Fauzi alias Jablud).
Barang Bukti : Senjata berjenis revolver 2 unit dan
sebuah pistol, bom pipa.
Keterangan : Penyergapan merupakan hasil pengembangan
dari penangkapan terhadap WM alias Acum alias Dadan di jalan Cipacing, Bandung,
pada Selasa, 17 Mei 2013 pukul 15.30 WIB. Dari WM diperoleh barang bukti berupa
satu senjata api rakitan merek Browning, magazen, 200 butir peluru caliber 38mm
special, 80 butir peluru 9mm, uang tunai, pisau, kamera, dan telepon genggam.
5. Kota
Bandung
Lokasi : Rumah kos di Jalan Arum Sari, VII No. 21, RT
05 RW 12, Kelurahan Babakansari, kecamatan Kiaracondong, kota Bandung. Rumah
baru ditempati kurang dari satu bulan.
Kejadian : Penggeledahan.
Waktu: Kamis, 9 Mei 2013 mulai pukul 15.45 hingga
pukul 19.30.
Ditangkap : 1 orang.
Barang bukti : Senjata laras panjang M-16 berisi 20
butir, 5 butir peluru 9mm dan 15 butir 38mm special, peredam suara.
KELOMPOK ABU
ROBAN
Dari penyergapan-penyergapan tersebut mengakibatkan 7
teroris tewas dan 13 lainnya ditangkap. Kelompok tersebut adalah jaringan
kelompok Abu Roban yang ikut tewas dalam penyergapan di Batang, Jawa Tengah. Abu
Roban alias Untung alias Bambang Nangka merupakan kader gerakan NII (Negara
Islam Indonesia). Kelompok Abu Roban jaringan yang terhubung dengan
kelompok Abu Umar yang telah tertangkap dan kelompok Santoso. Kelompok Santoso
merupakan kelompok teroris yang pusat gerakannya di daerah hutan gunung Poso
dengan menamakan dirinya kelompok “Mujahidin Indonesia Timur”. Sampai saat ini
Santoso alias Abu Wardah belum dapat tertangkap dan kemungkinan masih terus
melakukan perekrutan anggota. Santoso juga dikenal sebagai instruktur dalam kamp
pelatihan-pelatihan paramiliter teroris. Santoso sendiri pernah terlibat
perampokan Bank BCA Palu pada 25 Mei 2011 disertai penembakan tiga anggota
polisi penjaga.
Kelompok Abu Roban merupakan kelompok yang berperan untuk
mengumpulkan uang atau harta sebagai pendukung kegiatan terorisme jaringan
kelompoknya yang dianggapnya sebagai kegiatan jihad. Untuk mengumpulkan dana
itu segala cara dapat dilakukan, kelompok ini spesialis melakukan perampokan
(fa’i) yang bertujuan untuk mengumpulkan dana untuk menyupali kegiatan-kegiatan
pelatihan dan aksi terorisme. Sasaran utamanya adalah toko emas dan Bank atau
nasabah Bank. Perampokan dihalalkan bagi gerakan kelompok ini karena dianggap
sebagai harta rampasan perang yang diperoleh dari orang atau kelompok yang dianggapnya
kafir. Dari hasil perampokan-perampokan tersebut diperkirakan kelompok ini
berhasil mendapatkan 1,8 Miliar. Merupakan jumlah yang cukup besar untuk dapat
menyokong kegiatan pelatihan paramiliter dan membiayai aksi-aksi teroris jaringannya.
Perampokan yang pernah dilakukan kelompk Abu Roban
diantaranya perampokan kantor BRI di Batang ( Rp. 790 juta), BRI Grobokan (Rp.
630 juta), BRI Lampung (Rp. 466 juta) dan Kantor Pos Cibaduyut, Bandung (Rp. 86
juta). Bank BRI dijadikan target perampokan karena bank ini merupakan milik
pemerintah yang dianggapnya thogut. Selain bank pemerintah sasarannya adalah
bank asing atau toko emas yang pemiliknya bukan orang muslim. Perampokan toko
emas “Terus Jaya” di Tambora, Jakarta Barat pada pukul 10.00 pelaku berhasil
membawa lari 1,5 kg emas senilai Rp. 500 juta juga terkait dengan jaringan
kelompok Abu Roban dan kelompok Abu Umar.
Kelompok Abu Roban juga terkait dengan kelompok Thoriq
yang jaringannya terungkap pada saat ledakan di Beji, Depok dan Tambora,
Jakarta. Abu Roban bukan pemain baru, meskipun baru tertangkap. Beberapa kasus
terorisme yang terungkap baru-baru ini, seperti jaringan Kelompok Thoriq baik
yang di Depok maupun di Solo dan kelompok Farhan yang ada di Solo diduga kuat
mendapatkan dana dari kelompok Abu Roban. Selain itu kelompok Abu Roban diduga
kuat sebagai penyandang dana untuk kegiatan-kegiatan aksi teror di Solo, Depok,
Jakarta, Sulawesi Tengah, Bima dan Poso. Ada keterkaitan jaringan antara
kelompok Abu Roban dengan kelompok Abu Umar yang merupakan pemasok senjata dari
Filipina. Keterkaitan perampokan di Tambora juga menunjukkan adanya hubungan
dengan kelompok Medan dan Aceh, yang juga melakukan aksi-aksi perampokan, diantaranya
perampokan bank CIMB Niaga, jalan Aksara, Medan pada 2010 dan penyerbuan
Mapolsek Hamparan Perak. Dalam aksi perampokan itu teroris menembak mati Briptu
Imanuel Simanjuntak anggota Brimob Polda Sumatra Utara serta dua Satpam bank.
Perampokan dimaksudkan untuk membiayai pelatihan paramiliter teroris di Jalin
Jantho, Aceh Besar.
ANALISIS
Pada saat ini perampokan (fa’i) masih merupakan andalan
bagi kelompok-kelompok teroris untuk mendapatkan dana guna membiayai
kegiatan-kegiatan terorisme mulai dari perekrutan, pelatihan paramiliter hingga
aksi-aksinya. Meskipun cara ini konvensional dan sudah dilakukan sejak lama,
bahkan masa pemberontakan DI/ TII, tetapi nampaknya tidak banyak pilihan yang
dapat dilakukan untuk memperoleh dana. Kelompok teroris semakin terdesak dengan
pengejaran oleh aparat dan kesulitan dana karena ketatnya pengawasan transaksi
keuangan terkait terorisme. Kondisi ini juga mempersulit kelompok teroris
mendapatkan dana dari luar negeri. Perampokan merupakan pilihan yang harus
diambil meskipun resikonya sangat besar. Sumber dana lain yang dapat diperoleh
yaitu dengan sumbangan, bantuan atau donator simpatisan dan iuran anggota
meskipun jumlahnya relatif kecil. Ada pengembangan tehnik baru jaringan
terorisme untuk mendapatkan dana yang jumlahnya besar, yaitu melalui hacking (cybercrime).
Dengan memanfaatkan tehnologi IT yang dipelajarinya maka ada jaringan teroris yang
spesialis dalam melakukan hacking. Tugasnya adalah meretas situs-situs jual
beli on line sehingga dapat menstranfer uang miliaran rupiah.
Maraknya perampokan terhadap toko emas, bank dan
nasabah bank di berbagai daerah; Sragen, Solo, Boyolali, Klaten, Purworejo dll.
yang hingga saat ini belum terpecahkan kasusnya diyakini terkait dengan aksi
kelompok teroris ini. Korelasinya dapat dilihat dari kesamaan modus
operandinya, yaitu waktu dilakukan pada siang hari, menggunakan senjata api,
kesamaan target dan waktu kejadian berdekatan.
Oleh karena itu untuk mencegah aksi terulang kembali,
perlu adanya pencegahan dengan peningkatan keamanan atau penjagaan aparat pada
obyek-obyek vital tersebut, memutus mata rantai jaringan dengan memecahkan
kasus perampokan dan menyadarkan masyarakat dalam menjaga keamanan diri
pribadi. Penting juga aparat melakukan sweeping terhadap senjata tajam atau
senjata api, karena dengan maraknya perampokan yang menggunakan senjata api
menunjukkan bahwa banyaknya peredaran senjata api di masyarakat.
(Fajar Purwawidada, MH., M.Sc.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar