Abu Ibrahim alias Yoyok
merupakan pemimpin kelompok teroris yang berikrar melakukan pembalasan pada
polisi yang dianggapnya sebagai thogut atau kafir. Kelompok ini kecil dan mampu merakit bom
berkekuatan besar. Mereka bagian dari jaringan besar kelompok Mujahidin
Indonesia Barat (MIB) yang pernah dipimpin oleh Abu Roban. Kelompok ini pula
yang diduga kuat di belakang aksi penembakan polisi di Tangerang dan Jakarta.
Abu Ibrahim terlibat
dalam kasus penyerangan anggota polisi d Setu, Kabupaten Bekasi dan Jonggol,
Kabupaten Bogor pada 2012, serta terlibat perakitan bom yang meledak di Beji,
Depok, Jawa Barat. Dia sudah belanja bahan peledak kelas berat dan mengumpulkan
bahan-bahan pembuat bom, diantaranya; nitrogliserin, asam nitrat, sulfur, dan
alumunium foil. Selain itu juga sudah menyiapkan siapa yang akan menjadi target
pengebomannya. Targetnya adalah yang dianggapnya thogut khususnya Kepala dan
Wakil Kepala Densus 88 Anti Teror Polri.
Abu Ibrahim
menggantikan pimpinan kelompok sebelumnya yang sudah tertangkap yaitu Ahmad
Sofian. Ibrahim mendapatkan senjata dari Ahmad dengan membayar Rp. 6.000.000,-.
Ibrahim mengorganisir kelompoknya untuk menimbulkan kebencian terhadap polisi.
Dia kemudian memimpin penyerangan dua anggota Sabraha Polsek Setu, Brigadir
Jaka Setiawan dan Brigadir Erry Sasongko di Setu, Kabupaten Bekasi pada Minggu
25 Maret 2012 dini hari.
Selain memiliki
kemampuan mencuci otak anggotanya, teroris Abu Ibrahim juga memiliki kemampuan
merakit bom yang diperolehnya secara otodidak. Selain itu dia yang merupakan
lulusan STM juga meiliki keahlian membuat alat antisadap dan alat untuk
mengacau sinyal (jammer). Dibuatnya alat-alat tersebut dari barang-barang
elektronik bekas. Bahan-bahan peledak yang dimilikinya ditemukan pada saat
penyergapan yang menewaskan Dedek di Tangerang.
PENYELESAIAN KASUS
Abu Ibrahim berhasil
ditangkap pada Kamis 26 November 2013 di Klender, Jakarta Timur setelah menjadi
buron selama dua tahun. Dia menyamarkan jejaknya sebagai sopir pribadi bos
sebuah perusahaan di Jakarta Timur. Pada saat penyergapan tersebut berhasil
diamankan satu pucuk snjata jenis FN dan 22 butir amunisi caliber 9 mm.
ANALISIS
Melihat keterlibatan
kelompok Abu Ibrahim dengan kasus penembakan polisi dan ledakan bom di Beji,
Depok, Jawa Barat maka kelompok ini terkait dengan jaringan kelompok Thoriq yang
dipimpin Chumaidi yang selain di Depok juga sebagian besar jaringan kelompoknya
berada di Solo. Kelompok Thoriq ini memiliki tokoh senior seperti Chumaidi dan
Joko Parkit yang merupakan sisa jaringan kelompok Noordin M. Top. Mereka banyak
mendapatkan didikan terorisme merakit bom dan kegiatan paramiliter dari
kelompok Noordin M. Top. Setelah jaringan Noordin M. Top terbongkar dan Noordin
M. Top tertembak mati pada saat penyergapan di Mojosongo, Solo kelompok Thoriq
ini bercita-cita untuk melanjutkan perjuangan dan organisasi Noordin M. Top
sebagai “Al Qaeda Asia Tenggara”. Sedangkan modus operandi penembakan dan aksi
perampokan menunjukkan hubungannya juga dengan kelompok Abu Roban dan kelompok
Santoso di Poso. Santoso merupakan anggota jaringan Abu Tholud dan teroris yang
sering sebagai instrukur dalam pelatihan-pelatihan paramiliter anggota teroris
baru. Santoso terlibat dalam pelatihan kelompok Farhan di Gunung Merbabu Jawa
Tengah dengan doktrin-doktrin kebencian dan serangan terhadap target polisi.
Jadi kelompok-kelompok baru ini merupakan transformasi dari jaringan kelompok-kelompok
lama teroris.
(Fajar Purwawidada, MH., M.Sc.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar