Perbedaan Agama dan Kepercayaan
Agama pada lazimnya
bermakna kepercayaan kepada Tuhan, atau sesuatu kuasa yang ghaib dan sakti seperti Dewa dan juga amalan dan institusi yang berkait dengan
kepercayaan tersebut. Agama dan kepercayaan merupakan dua
pekara yang sangat berkaitan. Tetapi Agama mempunyai makna yang lebih luas,
yakni merujuk kepada satu sistem kepercayaan yang kohensif, dan kepercayaan ini
adalah mengenai aspek ketuhanan.
Kepercayaan yang hanya melibatkan
seorang individu lazimnya tidak dianggap sebagai sebuah agama. Sebaliknya,
agama haruslah melibatkan sebuah komuniti manusia. Daripada itu, Agama adalah
fenomena masyarakat boleh dikesan melalui fenomena seperti yang berikut:
·
Perlakuan
seperti sembahyang, membuat sajian, perayaan dan upacara.
seperti sembahyang, membuat sajian, perayaan dan upacara.
·
Sikap
seperti sikap hormat, kasih ataupun takut kepada kuasa luar biasa dan anggapan suci dan bersih terhadap agama.
seperti sikap hormat, kasih ataupun takut kepada kuasa luar biasa dan anggapan suci dan bersih terhadap agama.
· Pernyataan
seperti jambi,mantera dan kalimat suci.
seperti jambi,mantera dan kalimat suci.
· Benda-benda material yang zahir
seperti bangunan. Contohnya masjid, gereja, azimat dan tangkal.
Salah
satu lagi ciri agama ialah ia berkaitan dengan tatasusila masyarakat. Ini
bermakna agama bukan saja merupakan soal hubungan antara manusia dengan Tuhan,
tetapi juga merupakan soal hubungan manusia dengan manusia.
Kepercayaan secara umumnya bermaksud akuan akan
benarnya terhadap sesuatu perkara. Biasanya, seseorang yang menaruh kepercayaan
ke atas sesuatu pekara itu akan disertai oleh perasaan 'pasti' atau kepastian
terhadap pekara yang berkenaan.
Kepercayaan
dalam konteks psikologi
adalah bermaksud suatu keadaan jiwa yang berkaitan dengan sikap berkedudukan-memihak (propositional
attitude). Manakala dalam konteks agama pula, kepercayaan adalah sebahagian
daripada batu asas pembangunan moral. Dalam konteks ini, kepercayaan dikenali
sebagai Akidah ataupun Iman.
Adapun
kepercayaan itu dikatakan berkaitan dengan sikap berkedudukan-memihak, kerana
ia sentiasanya melibatkan penekanan, penuntutan, dan jangkaan daripada seorang
individu mengenai kebenaran sesuatu. Kebenaran yang dituntut itu mungkin sahih,
dan mungkin palsu secara objektif, tetapi bagi individu yang berkenaan ia
adalah sahih.
Pemerintah pernah berencana mengakui
aliran kepercayaan sebagai agama pada pertengahan 1970-an. Namun reaksi keras
bermunculan. Akhirnya pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam Garis-garis Besar
Haluan Negara dan instruksi Menteri Agama pada 1978 bahwa aliran kepercayaan bukan agama, tapi bagian dari budaya yang harus dibina.
Ada yang mengatakan bahwa kata “Agama” itu berarti “Tidak
Kacau”
A = tidak, GAMA = kacau
A = tidak, GAMA = kacau
Ada juga yang mengatakan bahwa pengertian
“Agama” = “Tidak Kacau” itu adalah terjemahan dari Bahasa Latinnya.
Beda
“Agama” dan “Kepercayaan” adalah “Agama”
mempunyai Nabi, ada Kitab Suci,
memiliki sejarah yang jelas sampai akhirnya timbul menjadi suatu “Agama”,
tetapi “Kepercayaan”
tidak ada itu semua.
Akan
tetapi “Aliran Kepercayaan”
sendiri juga punya keyakinan dan mengenal adanya Tian/Dao, memuja Kebesaran-Nya
dan akhirnya menjadikan dia memperoleh Bimbingan (secara tidak langsung,
berdasar nurani) untuk menjadi manusia yang baik.
Sementara
itu jika kita membaca di dalam Kamus
Bahasa Indonesia : “Agama”
adalah “Ajaran”, “Sistem”
yang mengatur “Tata Keimanan” (kepercayaan) dan “Peribadatan” kepada Tuhan Yang
Mahakuasa, serta “Tata Kaidah” yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Sedangkan “Kepercayaan” adalah 1) anggapan atau keyakinan bahwa
sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata : ~ kepada makhluk halus masih
kuat sekali di lingkungan petani ; 2) sebutan bagi sistem religi di Indonesia
yang tidak termasuk salah satu dari kelima agama yang resmi : tokoh itu adalah
penganut aliran
Agama universal yaitu agama yang hampir
sebagian masyarakat di dunia mengikutinya. Agama wahyu adalah agama yang
bersumber dari wahyu Tuhan yang dikabarkan oleh manusia yang dipercaya sebagai
utusan Tuhan. Utusan Tuhan ini biasanya disebut sebagai Nabi. Wahyu yang
dimaksud adalah perkataan Tuhan yang disampaikan kepada manusia untuk
disampaikan ke umat manusia agar tercipta ketenangan hidup. Agama yang
berkembang didunia ada beberapa macam diantaranya, Islam, Kristen, Katolik, dan
Yahudi. Kenyakinan yang dipegang dalam agama wahyu adalah bahwa Tuhan sebagai
kekuatan yang mengatur kehidupan manusia dan berkuasa di alam semesta. Tidak ada
makhluk lain yang mampu menandingi kekuatanya. Oleh karena itu, manusia harus
percaya dan tunduk dengan perintah-perintahnya. Agama memiliki tingkat
kebenaran yang sempurna dibanding dengan kepercayaan.
Ritual keagamaan yang dilakukan dalam
agama memiliki tingkat aturan yang sudah ditetapkan dan sudah disusun didalam
kitab suci. Aturan ini dijadikan kenyakinan atau pedoman bagi pemeluk agama.
Agama memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Percaya adanya Tuhan yang
menciptakan dan menguasai alam semesta.
b. Adanya pedoman
untuk menjalani keagamaan yaitu kitab suci.
c. Kebenaran yang
dinyakini adalah mutlak.
d. Isi ajarannya
adalah perintah keagamaan dan larangan keagamaan.
Kepercayaan
bersumber pada kekuatan alam dan bumi. Orang yang menanut agama bumi percaya
bahwa di alam ada kekuatan yang dapat mengatur dan menentukan kehidupan. Agama
ini berkembang pada masyarakat yang memliki tingkat solidaritas yang mekanik
dan juga masih memeliki pola berpikir yang tradisional. Kegiatan adalah ritual
dengan melakukan pemujaan terhadap benda-benda yang mempunyai nilai spiritual
tinggi. Benda-benda itu bisa berupa pohon, batu, patung, candi, dan lain
sebagainya. Kepercayaan yang berkembang di masyarakat lebih dekat dengan
kebudayaan masyarakat, memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Kepercayaan
terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan diluar batas kemampuan manusia.
b. Pengikutnya
adalah masyarakat yang tinggal di pedalaman yang masih memiliki pola berpikir
yang sederhana.
c. Dasar
kepercayaannya adalah ajaran turun menurun dari para nenek moyangnya.
d. Ajaran agama
tidak terpisahkan dengan adat istiadat dan kebudayaan dari penduduk.
e. Sesuatu yang
disembah adalah dewa-dewi, roh-roh, ataupun kekuatan alam lainnya.
Kepercayaan
tidak Bertentangan dengan Agama
Dalam kehidupan, manusia sebagai
individu tidak terlepas dari agama / religi / kepercayaan yang dianutnya. Dalam
kehidupan bermasyarakat pun kita tidak lepas dari unsur-unsur agama, religi,
dan kepercayaan yang dianut bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai agama
dan kepercayaan sebagai hasil dari perjalanan sejarah. Semua aktivitas manusia
yang berkaitan dengan agama dan kepercayaan didasarkan pada suatu getaran jiwa
yang disebut emosi keagamaan atau religious emotion. Emosi
keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiap orang, walaupun mungkin hanya
berlangsung beberapa detik saja. Emosi itulah yang mendorong manusia melakukan
tindakan-tindakan yang bersifat religi.
Setiap manusia yang hidup pasti akan
mengetahui apa itu agama. Secara sederhana agama merupakan pegangan hidup agar
tidak menyimpang. Tapi bagi orang-orang yang beraliran komunis mungkin agama
hanya merupakan candu yang tidak membawa dalam kemajuan atau kehidupan yang
sempurna. Aliran ini memang lebih mengutamakan material daripada segi religiusnitas.
Memang agama memiliki aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh penyebar agama
dengan dasar wahyu dari Tuhan. Tuntutan hidup yang harus dilakukan harus
sejalan dengan hukum-hukum wahyu Tuhan. Akibatnya masyarakat agama hanya
mengikuti dan menunggu akan takdir Tuhan, dan kalau tidak dapat mengatasi
masalah serius yang menimbulkan kegelisahan mereka, manusia berusaha
mengatasinya dengan memanipulasi makhluk dan kekuatan supernatural. Dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat melakukan upacara keagamaan agar terbebasdari
ketersempitan hidup.
Kepercayaan
tidak bertentangan dengan agama selama apa yang diajarkan dan diyakininya
berupa kebaikan. Tidak menyesatkan pemeluknya, tidak bertentangan ataupun
melakukan penodaan terhadap suatu agama tertentu. Ajaran agama
manapun telah membebaskan umatnya untuk memilih keyakinannya dan mengajarkan
bagaimana hidup saling bertoleransi antara penganut agama dan kepercayaan satu
dengan yang lainnya. Pada dasarnya agama memiliki tujuan terhadap kemuliaan
hidup, jadi apabila ada kepercayaan yang memiliki tujuan yang sama berarti telah seiring dan
sejalan dengan agama dan terhindar dari pertentangan dan perselisihan.
(Fajar Purwawidada, MH., M.Sc.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar