KASUS
Pada 31 Desember 2013 terjadi
penyergapan terhadap kelompok teroris di sebuah rumah kontrakan di Gg. Haji
Hasan, Jalan KH. Dewantoro, RT. 04/RW.07, Kelurahan Kampung Sawah, Ciputat,
Tangerang Selatan, Banten. Penyergapan
dimulai pukul 20.00 WIB dan berlangsung selama 10 jam. Merupakan hasil
pengembangan dari penangkapan Anton di sebuah warnet di desa Alasmalang,
Banyumas pada 31 Desember 2013 pukul 14.00 WIB.
Anton alias Septi (25) beserta
anggota kelompoknya 4 orang melakukan perampokan di sebuah bank di Jalan
Korelet, Panongan, Kabupaten Tangerang. Mereka berhasil merampas uang Rp. 570
juta. Untuk menghilangkan jejaknya, mereka merusak rekaman CCTV. Diduga selain
untuk kebutuhan sehari-hari, hasil perampokan tersebut (fa’i) digunakan untuk
pengumpulan dana yang akan digunakan membiayai aksi terorisme. Anton dan
teman-temannya bersembunyi di kontrakan di Kampung sawah, Ciputat, Tangerang
Selatan. Di sini uang hasil perampokan dibagi-bagi. Sambil membawa uang
perampokan Rp 90 juta, Anton kemudian pulang ke Banyumas untuk bertemu istrinya
yang sedang hamil, Sifa Al Islam.
Setelah Anton berhasil ditangkap di
Alasmalang, Banyumas kemudian berdasarkan keterangannya kemudian disergap
kelompok Dayat di Kampung Sawah Ciputat. Hasil dari penyergapan tersebut mengakibatkan
6 dari 7 teroris tewas ditembak mati. Teroris yang tewas adalah: Nurul Haq
alias Dirman, Oji alias Tomo, Dayat alias Daeng, Rizal aliasTeguh, Hendi Albar
dan Edo alias Amril.
Barang bukti yang diperoleh dari
penyergapan yaitu berupa;
- 6 motor diduga hasil kejahatan,
- · 6 senjata api,
- · 5 golok,
- . Bahan kimia; potasiu, black powder, urea dan swiching elektronik.
- · 6 bom pipa,
- · Uang tunai Rp. 200 juta dalam tiga tas besar,
- · Print out daftar wihara yang jadi target serangan,
- · Sejumlah buku tentang jihad
- · Peledakan wihara di Jakarta Barat,
- · Perampokan sejumlah toko emas,
- · Perampokan bank di Tangerang,
- · Penembakan anggota polisi di Cirendeu, Pondok Aren,
- · Teror bom pipa di sebuah Warteg, Tangerang,
- · Perampasan motor.
Jaringan kelompok Dayat masih
terhubung dengan kelompok-kelompok teroris yang lain, baik yang baru ataupun
kelanjutan dari jaringan kelompok lama. Jaringan kelompok tersebut merupakan
simpul-simpul atau sel yang saling terkait dan memperkuat.
JARINGAN KELOMPOK DAYAT
1.
NOORDIN M. TOP
Masih merupakan sel lanjutan dari
kelompok Noordin M. Top yang tewas pada saat penyergapan pada 17 September 2009
di Solo. Noordin bersama Dr. Azahari pernah menjadi murid Abu Bakar Ba’asyir.
2.
ABU ROBAN
Kelompok Abu Roban dikenal sebagai
Mujahidin Indonesia Barat. Kelompok ini berperan untuk pengumpulan
dana/kekayaan dengan cara merampok (fa’i) dan merampas. Kemudian dana hasil
kejahatan tersebut diserahkan ke kelompok Santoso di Poso. Abu Roban tewas pada
saat penyergapan di Batang, Jawa Tengah pada Mei 2013.
3.
SANTOSO
Dikenal dengan kelompok Mujahidin
Indonesia Timur. Santoso merupakan pimpinan dan instruktur pelatihan
paramiliter kelompok teroris di berbagai tempat termasuk melatih kelompok
Farhan di Gunung Merbabu pada 2012. Dia membuka pusat pelatihan calon Mujahid
di Gunung Biru, Tamanjeka, Poso. Santoso merupan dalang dari 20 kelompok
teroris dan buron teroris kelas wahid saat ini.
4.
FADLI SADAMA
Dikenal sebagai jaringan teroris
internasional. Akstivitasnya lebih banyak di Aceh dan Medan. Terlibat kasus
perampokan Bank CIMB Medan pada 2010 dan bank di Aceh. Fadli terkait teror Bom
Bali I (Amrozi, Ali Ghufron, Imam Samudra). Terlibat pengeboman Hotel JW
Marriott pada 2003. Ditangkap di Malaysia pada 2010. Pada 11 Juli 2013 sempat
melarikan diri dari LP Tanjung Gusta Medan. Berhasil di tangkap kembali di
Malaysia.
5.
BADRI HARTONO
Badri adalah pimpinan Al Qaeda
Indonesia yang terkait Osama bin Laden. Ahli dalam merakit bom yang didapatkan
dari Dr. Azahari. Terlibat pelatihan teroris di Solo dan ditangkap pada 22
September 2012.
6.
DAYAT
Merupakan jaringan Badri Hartono.
Dayat sebagai pimpinan kelompok teroris Ciputat. Terlibat sebagai eksekutor
penembakan polisi di Pondok Aren dan Bom Vihara Ekayana.
7.
ANTON
Kelompok Anton terlibat pengeroyokan
dua polisi di Jonggol dan perencanaan perampokan bank di Cileungsi. Selain itu
keterlibatan dalam kegiatan terorisme yaitu; Ikut pelatihan membuat bom di
sebuah Ponpes di Tasikmalaya, belajar membuat bom dengan kelompok Badri di
Solo, terlibat pembuatan bom dengan kelompok Bojong, penghubung kelompok Bojong
dengan kelompok Solo, Peletak bom di Vihara Ekayana bersama Nurul Haq, otak di
balik penembakan polisi di Pondok Aren dan pelaksana perampokan sebuah bank di
Panongan dan pembawa bom di warteg Panongan.
ANALISIS
Kelompok Dayat hanya salah satu dari
simpul jaringan teroris Indonesia yang baru terungkap. Masih banyak lagi
simpul-simpul / sel yang belum terungkap. Tetapi dengan terbongkarnya jaringan
kelompok Dayat ini akan dapat menemukan jalan untuk membongkar
jaringan-jaringan kelompok terois lain yang lebih luas. Sama halnya dengan
kelompok Abu Roban, kelompok Dayat memiliki tugas peranan untuk mengumpulkan
uang / kekayaan yang dapat digunakan membiayai kekgiatan kelompok teroris
jaringannya.
Tetapi dengan terungkapnya fakta adanya pembagian hasil perampokan bagi para pelakunya maka membuktikan bahwa aksi fa’i / perampokan yang dilakukan semata-mata bukan bertujuan untuk perjuangan menegakkan syari’at Islam (NII) tetapi saat ini aksi terorisme sudah dijadikan sebagai jalan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, yaitu berupa financial. Kemurnian cita-cita kelompok teroris sudah mulai berubah orientasinya. Hal ini memungkinkan karena sebagian besar kelompok terorisme adalah orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan yang tetap (pengangguran). Sehingga aksi perampokan tersebut dapat menopang kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya. Fakta ini juga pernah terjadi pada mantan anggota kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Meskipun MOU perdamaian sudah dilakukan, mereka tetap terus bergerilya di hutan-hutan dan tidak patuh perintah Komandannya untuk menyerahkan diri. Pilihan mereka tetap bergerilya di hutan-hutan karena agar mereka dapat terus melakukan kekerasan dan perampokan terhadap rakyat agar mendapatkan kekayaan untuk kebutuhan hidup mereka. Kondisi damai membuat mereka akan kelaparan, karena mereka tidak memiliki keahlian lain (pekerjaan) selain memegang senjata. Jadi saat ini kelompok teroris di Indonesia sudah abu-abu. Dalam arti ideology yang mereka pegang selama ini sudah mulai bergeser bercampur dengan materialistik. Bercampur antara tindak pidana terorisme dengan tindak pidana biasa, karena motif mereka semakin kacau; antara jihad dan uang.
Tetapi dengan terungkapnya fakta adanya pembagian hasil perampokan bagi para pelakunya maka membuktikan bahwa aksi fa’i / perampokan yang dilakukan semata-mata bukan bertujuan untuk perjuangan menegakkan syari’at Islam (NII) tetapi saat ini aksi terorisme sudah dijadikan sebagai jalan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, yaitu berupa financial. Kemurnian cita-cita kelompok teroris sudah mulai berubah orientasinya. Hal ini memungkinkan karena sebagian besar kelompok terorisme adalah orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan yang tetap (pengangguran). Sehingga aksi perampokan tersebut dapat menopang kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya. Fakta ini juga pernah terjadi pada mantan anggota kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Meskipun MOU perdamaian sudah dilakukan, mereka tetap terus bergerilya di hutan-hutan dan tidak patuh perintah Komandannya untuk menyerahkan diri. Pilihan mereka tetap bergerilya di hutan-hutan karena agar mereka dapat terus melakukan kekerasan dan perampokan terhadap rakyat agar mendapatkan kekayaan untuk kebutuhan hidup mereka. Kondisi damai membuat mereka akan kelaparan, karena mereka tidak memiliki keahlian lain (pekerjaan) selain memegang senjata. Jadi saat ini kelompok teroris di Indonesia sudah abu-abu. Dalam arti ideology yang mereka pegang selama ini sudah mulai bergeser bercampur dengan materialistik. Bercampur antara tindak pidana terorisme dengan tindak pidana biasa, karena motif mereka semakin kacau; antara jihad dan uang.
Target teroris untuk jangka waktu
kedepan masih berkisar pada sasaran polisi, Amerika dan kelompok Budha.
Serangan terhadap anggota polisi akan terus terjadi karena ini merupakan
doktrin dan strategi aksi mereka. Polisi dianggap thogut yang menghalangi aksi,
tujuan dan telah banyak menzolimi ikhwan mereka. Target instalasi dan orang
Amerika / Sekutu merupakan sasaran lama, sedangkan target Budha merupakan
sasaran baru beberapa tahun ini karena terkait pembantaian umat Muslim Rohyang
di Myanmar. Sedangkan aksi perampokan akan terus dilaukan terhadap target bank,
nasabah bank dan toko emas karena saat ini satu-satunya cara yang paling mudah
mendapatkan uang dengan jumlah besar adalah melalui perampokan. Aksi terorisme
besar akan dan mungkin sudah direncanaka hanya tinggal menunggu waktu dan dana
untuk mensupport aksi tersebut. Aksi besar membutuhkan dukungan dana yang
besar. Oleh karena itu aksi perampokan yang gencar dilakukan oleh kelompok
teroris belakangan ini merupakan indikasi adanya rencana aksi besar teroris
tersebut. Hanya saja belum dapat diidentifikasi kapan dan apa yang akan
dijadikan targetnya.
Fakta dengan ditemukan banyak senjata
api dan bahan peledak pada saat penyergapan teroris membuktikan bahwa peredaran
senjata api dan bahan peledak di masyarakat sangat banyak. Senjata-senjata
tersebut merupakan hasil penyelundupan dari luar negeri khususnya Filipina yang
masuk melalui jalur perbatasan Nunukan, Kalimantan Timur yang kemudian di
edarkan ke berbagai daerah diantaranya Solo, Cirebon, Bogor dan Jakarta. Selain
itu itensitas pembelajaran merakit bom sangat tinggi melalui pembelajaran
otodidak dari manual catatan tangan yang turun-temurun atau download dari
internet. Bahan- bahan peledak untuk merakit bom tersebut dapat diperoleh dari
bahan lokal yang dijual di toko bahan kimia. Oleh karena itu untuk pencegahan
pengembangan jaringan dan aksi terorisme di Indonesia perlu adanya pengawasan
ketat, razia terhadap peredaran senjata api dan bahan-bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan bom serta meningkatkan pengamanan obyek vital untuk
mencegah perampokan.
(Fajar Purwawidada, MH., M.Sc.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar