KAWASAN MELANESIA |
PAPUA berada di wilayah
perbatasan dengan Papua New Guinea, meliputi
wilayah Papua dan Papua Barat dengan luas wilayah 420.540 km², merupakan
wilayah yang sangat luas dan panjang serta kondisi medan sangat sulit yang harus dilalui dengan
transportasi udara yaitu
pesawat atau helikopter. Dengan situasi medan yang sangat luas dan panjang dibutuhkan personel
militer yang cukup banyak untuk menjaga dan mengawasi daerah perbatasan Indonesia - Papua New
Guinea. Ditinjau dari lima aspek medan maka
sangat bervariasi, dan sebagian besar wilayahnya dengan konfigurasi alam yang berbukit-bukit dan hutan yang sangat lebat
dan luas. Belum banyak mempunyai sarana transportasi darat hingga sangat
bergantung kepada transportasi udara. Dengan kondisi wilayah yang
terpencil tersebut maka berdampak pada berbagai bidang sebagai berikut :
a. Bidang
Ideologi. Ideologi dan pandangan hidup masyarakat
sekitar perbatasan dalam bernegara berlandaskan Pancasila, dan keinginan dalam menjaga
keutuhan NKRI cukup tinggi, tetapi karena situasi dan kondisi budaya yang masih
terbelakang, menyebabkan implementasi ideologi negara belum bisa sepenuhnya
diterapkan.
Rendahnya
tingkat pendidikan formal masyarakat sekitar perbatasan akhirnya menyebabkan
pemahaman dan pengamalan Pancasila di dalam bermasyarakat kurang bisa
dilaksanakan, sehingga ketahanan idiologi masih rawan untuk dihadapkan pada
pengaruh-pengaruh yang bersifat fanatisme kesukuan dan agama. Usaha pemerintah
dalam memantapkan Idiologi Pancasila masih terbatas dengan lingkungan
pemerintah, hal ini disebabkan karena keterbatasan sarana dan prasarana yang
belum memadai serta tingkat pendidikan masyarakat yang pada umumnya relatif
rendah ;
b. Bidang
Politik. Pengetahuan dan
kesadaran berpolitik masyarakat masih sangat rendah. Perkembangan kehidupan
masyarakat di Papua relatif tidak banyak berbeda dengan negara tetangga (PNG),
namun adanya hubungan etnis antar warga masyarakat Papua dengan Papua New
Guinea yang erat satu sama lain memungkinkan munculnya keinginan-keinginan untuk
masuk ke wilayah negara Papua New Guinea atau sebaliknya, baik untuk memenuhi
kebutuhan hidup maupun melibatkan diri dalam pelaksanaan Pemilu dan pada
gilirannya akan sangat merugikan bagi persatuan dan kesatuan bangsa ;
c. Bidang Ekonomi. Kondisi alam yang kaya dengan bahan
mineral dan hasil hutan belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh penduduk
lokal. Adanya eksplorasi tambang emas dan mineral
lainnya oleh perusahaan tambang PT. Freeport Indonesia di Papua Barat yang
sudah berjalan puluhan tahun belum mampu mensejahterakan masyarakatnya. Taraf kehidupan
dan kesejahteraan sosial masyarakat masih relatif rendah, sehingga berpengaruh
terhadap tingkat pendidikan ketrampilan dan ketahanan mental ideologi. Kondisi infrastruktur khususnya transportasi
yang sangat terbatas mengakibatkan arus
orang dan barang
ke / dari daerah lain kurang lancar. Disisi lain stabilitas keamanan
dalam negeri yang dinilai belum mantap telah mempengaruhi investasi baik dari
dalam negeri maupun asing yang akan masuk dan ingin menanamkan modalnya ;
d. Sosial Budaya. Tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk relatif
masih rendah dibanding dengan tuntutan pembangunan yang
semakin meningkat sesuai tujuan pembangunan nasional Indonesia. Beragamnya suku dan masih adanya keterkaitan
kerabat, famili, suku serta hubungan sesama etnis Melanesia akan sangat
berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat.
e. Bidang Hankam. Sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan sangat
terbatas, baik dari segi kuantitas maupun kualitas serta jumlah personil aparat keamanan yang relatif kecil,
penduduk sedikit dan persebaran yang
tidak merata, terbatasnya sarana
dan prasarana transportasi serta komunikasi dan tidak adanya jaminan dukungan
logistik wilayah, sangat menyulitkan dalam upaya pelaksanaan pembinaan
perlawanan rakyat semesta. Masih terjadinya pelanggaran wilayah kedaulatan oleh
pihak militer asing maupun oleh pihak sipil asing, pelaku penyelundupan dan pencurian
kekayaan alam baik di darat ataupun di laut.
Selain
itu munculnya kembali gerakan separatisme di Papua
juga telah menambahkan ketegangan di wilayah tersebut. Organisasi Papua Merdeka
(OPM) merupakan gerakan separatis masyarakat Papua yang didirikan pada tahun
1965. Walaupun telah dilarang oleh pemerintah Indonesia, kegiatan OPM masih
berlangsung hingga saat ini. Pada akhir tahun 2011, masyarakat Papua mulai
bergejolak kembali. Beberapa negara kemudian menyatakan dukungannya terhadap
perjuangan kemerdekaan Papua, termasuk Amerika Serikat dan Australia. Permasalahan
tersebut dapat mempengaruhi eksistensi dan integritas NKRI di dunia
internasional.
Tinjauan
dari Aspek Pertahanan Keamanan.
a. Antisipasi
terhadap ancaman Gerakan separatis. Kesadaran masyarakat Papua akan potensi
alamnya yang dieksplorasi secara berlebihan membuat rawan terjadinya gerakan
separatis. Organisasi Papua Merdeka (OPM) salah satu dari gerakan separatis
yang menginginkan pemisahan Papua Barat dari NKRI. Tujuan pembentukan OPM
adalah untuk bergerilya di kawasan Papua Barat yang diiringi dengan pembentukan
7 Batalyon Kasuari dengan beberapa Komandan
Peleteon. Keberadaan OPM dirasa meresahkan tidak hanya mengenai persoalan
kedaulatan Indonesia sebagai negara kesatuan, tetapi juga kekerasan yang
digunakan sebagai alat mencapai tujuannya tersebut. Hal tersebut mendorong perlu adanya
langkah-langkah untuk mengantisipasi munculnya ancaman gerakan separatis OPM di
wilayah tersebut.
b. Pengamanan perbatasan Indonesia - Papua New Guinea. Adapun tugas
utama prajurit Kodam XVII/Cendrawasih yang berada di
garis depan perbatasan ini adalah melakukan operasi pengamanan perbatasan dan
menjaga patok-patok perbatasan supaya tidak ada pergeseran. Terdapat 2
Kompi Yonif dengan pos terdekat di perbatasan Papua New
Guinea di Wutung, Skopro, Bewan dan Sendi. Masalah terbesar selain hambatan alam, terbatasnya akses,
dan fasilitas adalah ancaman penyakit malaria. Panjang garis perbatasan yang
harus diawasi sekitar 770 km, merupakan problem besar bagi pasukan darat untuk
mengawasinya setiap saat. Sebab, pasukan darat sendiri selain terbatas dalam
fasilitas juga terbatas dalam jumlah personel yang bertugas.
c. Pengamanan
Obyek vital. Papua
Barat sebagai bagian dari wilayah Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar
dan perlu dilakukan eksplorasi lebih jauh. Salah satu aktor yang berperan dalam
eksplorasi kekayaan alam Papua Barat adalah PT. Freeport Indonesia (PTFI). PTFI
merupakan perusahaan pertambangan skala multinasional asal Amerika yang
beroperasi di Kabupaten Mimika, Papua. PTFI memfokuskan eksplorasi pada bijih
yang mengandung tembaga, emas, dan perak terbesar di dunia, yang mendistribusikan hasil eksplorasi tersebut ke
berbagai negara. Harapan pemerintah atas hadirnya PTFI di kawasan Papua Barat
adalah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dikawasan tersebut. Oleh
karena itu eksplarasi strategis sumber daya alam PTFI merupakan obyek vital
yang harus mendapatkan jaminan keamanan.
d. Penanggulangan Terorisme. Terorisme masih menjadi ancaman terhadap
keamanan baik di darat maupun di laut.
Kebijakan penanggulangan terorisme yang belum terintegrasi dan
penyelesaian hukum yang berlarut-larut terhadap pelaku teror, berpotensi
menimbulkan aksi teroris yang lebih intens dan mengancam keselamatan masyarakat.
e. Mengatasi konflik sosial. Rasa tidak puas terhadap kebijakan
pemerintah dan produk hukum yang belum dapat mengakomodir kepentingan
masyarakat serta didorong oleh eksklusifisme SARA dan kesenjangan sosial
ekonomi dapat memicu konflik sosial yang berdampak pada instabilitas keamanan.
Tinjauan dari Aspek Kemungkinan
Ancaman.
Berdasarkan
analisa lingkungan strategis yang terjadi, dapat diidentifikasi ancaman yang
mungkin berkembang pada beberapa
tahun kedepan, baik dari Luar Negeri maupun Dalam Negeri.
a. Ancaman Militer. Konflik perbatasan
darat Indonesia - Papua New Guinea dapat mungkin terjadi akibat dari :
1). Pangkalan
militer Amerika di Darwin, Australia. Posisi Darwin
yang jaraknya hanya 820
km dari Papua sudah menjadi ancaman serius bagi Indonesia. Pasukan Amerika bisa menembus wilayah
Indonesia untuk melakukan operasi intelijen dan
kegiatan militer. Bagi Indonesia, penempatan Marinir Amerika Serikat di Darwin
penting untuk dicermati, sebab kekuatan
itu dapat memperkuat kekuatan militer Amerika untuk merespon
instabilitas di kawasan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia Timur. Amerika memiliki kepentingan
terhadap kekayaan sumber daya alam di wilayah Papua.
Amerika bisa saja mendukung kemerdekaan Papua agar bisa mengontrol Freeportnya. Penempatan 22.750 pasukan tentara Amerika bisa mendukung Papua merdeka, karena menurut informasi Organisasi Papua Merdeka (OPM) didukung oleh gereja-gereja di Amerika. Untuk menjaga kepentingan Pemerintah Amerika Serikat, maka Amerika akan meningkatkan kekuatan dan keamanannya di sekitar wilayah Indonesia, khususnya yang berbatasan dengan Papua.
2). Penguatan
militer Papua New Guinea
di perbatasan. Papua New Guinea telah
meminta bantuan Australia untuk mengembangkan fasilitas pertahanan mereka di
perbatasan Indonesia - Papua New Guinea. Untuk melindungi kepentingan teritorialnya, pemerintah Papua New
Guinea akan memperkuat armada pertahanan
mereka di kawasan yang berbatasan dengan Indonesia. Rencana itu akan meningkatkan
jumlah pasukan hingga 10.000 personel, disertai armada dan perlengkapan
pendukung pertahanan.
3). Penyusupan
intelijen asing. Kegiatan
spionase intelijen melalui jalur LSM, wisatawan, penelitian, bantuan,
pendidikan dan misi agama merupakan ancaman potensial. Perayaan HUT Papua sering
ditunggangi spionase asing. HUT Papua juga dirayakan di Australia, Belanda,
Inggris dan negara - negara Eropa lainnya yang melibatkan spionasi asing. Perayaan HUT Papua bisa
digunakan untuk menciptakan kerusuhan dan perlawanan keutuhan NKRI, dengan
melakukan aksi-aksi mengganggu keamanan dan mengibarkan bendera Kejora untuk
menuntut kemerdekaan atau terlepas dari NKRI. Peranan asing (NGO internasional)
begitu besar dalam membentuk organisasi dan kelompok perlawanan terhadap NKRI
baik di dalam dan luar negeri.
Ancaman non
militer.
1). Aksi radikal. Menguatnya isu-isu agama, tensi etnisitas termasuk
sejumlah konflik yang didasari oleh adanya kesenjangan sosial-ekonomi,
merupakan penyebab konflik yang sering terjadi di wilayah Papua. Perubahan
komposisi dan struktur demografis secara luas sebagai akibat dari interaksi
global yang semakin intens semakin meningkatkan perbedaan dan kecemburuan
sosial antara kelompok penduduk pribumi dan pendatang, yang rawan menimbulkan
konflik horizontal (komunal) maupun vertikal. Walaupun penentuan nasib sendiri
telah dilakukan melalui Pepera di Papua sejak dasawarsa 1960, dalam
kenyataannya ketidakpuasan penduduk pribumi atau lokal terhadap pendekatan dan
kebijakan pembangunan pemerintah pusat tetap muncul dan tidak surut sampai saat
ini.
2). Kejahatan Transnasional. Kejahatan lintas batas (transnational crimes) yang
banyak terjadi di perbatasan darat Indonesia - Papua New adalah
penyelundupan (smuggling) yang sangat sulit diatasi sejak dahulu hingga
dewasa ini. Komoditas yang diselundupkan bersifat komersial, antara lain,
minyak tanah, bensin, kayu, dan kakao dari Papua Indonesia, dan vanilla asal
Papua New Guinea, yang terutama dilakukan dengan memanfaatkan jalur
(perbatasan) laut.
Jenis
kejahatan lintas batas lainnya adalah penyelundupan senjata ringan dan amunisi,
yang menimbulkan keprihatinan. Senjata dan amunisi tersebut diperdagangkan di
sepanjang perbatasan Indonesia - Papua New Guinea. Keinginan yang besar dari
penduduk Papua New Guinea untuk memiliki senjata telah menjadi pemicu tingkat
penyelundupan begitu tinggi belakangan ini. Hal ini ada hubungannya dengan
meningkatnya rasa tidak aman akibat sering terjadinya perang suku (tribal
war) di Papua New Guinea dan kondisi keamanan domestik yang sering labil
(terganggu) akibat ketidakpuasan kelompok-kelompok politik di negeri itu.
Selain itu potensi terjadi kegiatan illegal fishing dan terjadinya illegal
trafficking in persons di Papua juga cukup tinggi.
3) Terorisme. Aksi terorisme dapat terjadi di wilayah Papua.
Aktor pelaku dapat berupa aktor negara, kelompok ekstrim ataupun kejahatan
perorangan. Mereka melakukan terorisme dapat dengan cara sabotase, pengeboman
dan pembajakan baik di darat dan laut. Mengingat bahwa di Papua terdapat banyak
obyek vital milik aset strategis asing (Amerika) dan keberadaan warga asing
yang selama ini selalu menjadi target utama kelompok teroris.
4) Konflik sosial. Konflik sosial
merupakan ancaman nyata / faktual dan sewaktu-waktu dapat terjadi dan dapat
mengancam stabilitas nasional.
a) Konflik komunal. Konflik komunal terjadi sebagai akibat
sengketa pemekaran wilayah, permasalahan pilkada dan masalah SARA. Berbagai konflik
yang berlatar belakang SARA dalam beberapa tahun terakhir ini memberi bukti
bahwa sebagian tertentu dari kelompok-kelompok yang ada dan hidup
masyarakat Papua masih rendah
pengendalian dirinya, dan cenderung memilih cara-cara kekerasan untuk
mengekspresikan pendapat dan keinginannya dalam menyelesaikan masalah.
b) Konflik vertikal. Konflik vertikal terjadi sebagai akibat
adanya perlawanan terhadap kebijakan Pemerintah Pusat yang dilakukan dalam
bentuk unjuk rasa
ataupun aksi-aksi lain yang bersifat anarkis. Potensi konflik vertikal masih
relatif terus terjadi di wilayah Papua. Papua merupakan salah satu daerah yang
mempunyai kecenderungan melepaskan diri dari NKRI dengan adanya suatu gerakan
yang tergabung dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM).
5) Bencana alam. Wilayah Indonesia yang terletak di
jalur gempa dunia, lempeng Asia dan Australia menyebabkan setiap saat rawan
gempa tektonik di dasar lautan yang berdampak tsunami. Selain itu juga rawan terjadi
bencana alam akibat ulah manusia yang merusak lingkungan, seperti tanah longsor
dan banjir bandang yang datang secara tiba-tiba merupakan ancaman nyata /
faktual. Berbagai macam bencana alam yang mungkin terjadi di Papua, sebagai
berikut :
a) Gempa bumi. Gempa bumi kemungkinan saja dapat
terjadi di berbagai
wilayah Papua.
b) Banjir dan tanah longsor. Banjir dan tanah longsor kemungkinan
dapat terjadi di daerah
dataran rendah dan rawa- rawa serta
pegunungan yang memiliki kontur yang terjal.
c) Kebakaran hutan. Kerawananan kebakaran hutan
dapat terjadi di Papua
mengingat kondisi alam yang sebagian besar terdiri dari hutan lebat.
d) Tsunami. Tsunami kemungkinan dapat terjadi di
pantai Barat dan pantai Utara Papua akibat adanya
bencana gempa bumi di dasar laut.
(Fajar Purwawidada, MH., MS.c)